Hubungan Adiksi Gadget pada Anak dengan Pola Asuh Orangtua

NAMA                : AFI ARUNA FADILLA

NIM                     : 5111421116

ROMBEL            : 4

PRODI                 : TEKNIK SIPIL

TUGAS MKU LITERASI DIGITAL DAN KEMANUSIAAN

Hubungan Adiksi Gadget pada Anak dengan Pola Asuh Orangtua

Teknologi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia dan memberikan banyak manfaat. Data menunjukkan jumlah pengguna smartphone secara global terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebuah survei yang dilakukan pada orang tua di Indonesia menyatakan 90% jenis gadget yang sering digunakan anak usia 4-6 tahun adalah smartphone dan tablet, 11% diantaranya sudah memiliki smartphone atau tablet pribadi, dan 26% anak mulai mengalami adiksi. Orangtua memperbolehkan anaknya menggunakan gadget biasanya karena alasan  pendidikan, hiburan, atau membuat anak menjadi sibuk sehingga tidak mengganggu aktifitas orangtua. Dalam seminggu rata-rata anak, menghabiskan waktu dengan media digital adalah antara 6-9 jam per hari.

Adiksi gadget adalah aktivitas penggunaan gadget secara berlebihan yang menyebabkan penurunan kondisi psikologis individu (baik mental maupun emosional), gangguan perilaku serta interaksi sosial dan pekerjaannya dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor yang mengakibatkan kecanduan gadget diantaranya adalah kontrol diri yang rendah, sensation seeking yang tinggi, self esteem yang rendah, psikologis individu, pemaparan media yang tinggi, serta interaksi sosial siswa.

Orangtua memiliki peran penting dalam penggunaan gadget secara tepat oleh anak. Sikap dan perilaku orangtua, serta hubungan orangtua anak yang tepat sangat diperlukan. Bagaimana perilaku orangtua sehari-hari dalam menggunakan gadget di sekitar anak, lingkungan rumah yang mereka ciptakan dan penerapan peraturan dalam penggunaan gadget dalam keluarga akan mempengaruhi anak. Mediasi orangtua melibatkan interaksi orangtua dan anaknya tentang penggunaan media termasuk gadget, berdasarkan tiga strategi inti yaitu restriktif, aktif, dan co-use/co-viewing.

Mediasi restriktif berfokus pada pengaturan aturan penggunaan media, khususnya mengenai jumlah waktu, jenis konten, konten yang diizinkan, kapan bisa menggunakan internet, permainan apa yang bisa dimainkan, saluran apa yang bisa ditonton. Bisa juga disertai dengan bentuk disiplin atau peraturan tegas dimana penggunaan gadget diberikan sebagai imbalan atas perilaku yang baik dan dilarang jika perilaku tersebut buruk. Meminimalisir penggunaan gadget agar anak memiliki waktu untuk bermain secara langsung. Orangtua dapat mencegah penempatan media di kamar tidur anak, tidak menggunakan gadget setengah jam sebelum tidur, dan membatasi total waktu menonton atau menggunakan gadget 1-2 jam per hari, memastikan waktu luang keluarga dari media atau gadget.

Mediasi aktif berarti orangtua secara aktif mendampingi anak dan berdiskusi ketika anak menggunakan gadget. Co-viewing/co-use adalah tindakan duduk di ruangan yang sama dengan orangtua saat menggunakan gadget, menonton atau bermain dengan media dengan anak-anak, tanpa membahas jumlah waktu atau jenis konten media dengan menggunakan media pendekatan relasional untuk meningkatkan interaksi dua arah, membangun hubungan orang tua anak, saling mendukung, dan berbagi kesenangan. Selain tiga mediasi tersebut, orangtua juga dapat menggunakan perangkat lunak atau alat teknis yang ada untuk menyaring, membatasi, dan memantau aktivitas online anak-anak.

Kurang kehangatan emosional dari orangtua, kurangnya komunikasi dalam keluarga, kurangnya pengawasan dan penolakan atau sebaliknya, terlalu banyak keterlibatan orang tua serta hukuman dari orangtua juga berisiko adiksi gadget. Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua juga dapat berpengaruh terhadap risiko adiksi gadget pada anak. Jenis pola asuh demokratis cenderung lebih memperhatikan konten online anaknya daripada jenis pola asuh lainnya.

Pola asuh otoritatif dan lingkungan keluarga yang aman mengurangi risiko kecanduan internet. Orangtua tetap tegas dalam menetapkan standar pada anaknya, akan tetapi orangtua juga tetap menghargai kebebasan anak. Penerapan hukuman tetap diberlakukan apabila diperlukan. Pada pola asuh tipe otoritatif orangtua akan memberikan penjelasan yang mendasari adanya penetapan standar tersebut dan mendorong proses saling memberi dan menerima secara verbal. Tujuan dari pemberian hukuman pada anak adalah untuk lebih memberi perhatian pada masalah dibandingkan menimbulkan efek takut pada anak karena hukuman. Adanya diskusi bersama antara orangtua dan anak merupakan ciri khas pola asuh tipe ini. Pola asuh otoritatif membuat anak menjadi pribadi yang memiliki karakter percaya diri, kontrol diri yang baik, bahagia, memiliki orientasi pada prestasi, bisa kooperatif dengan orang dewasa, memiliki hubungan pertemanan yang baik, dapat mengendalikan diri, serta dapat mengatasi stress atau masalah dengan baik. Anak cenderung mandiri tidak akan bergantung pada orang lain dan berperilaku kekanak-kanakan, serta responsif.

Hubungan kelekatan orangtua anak yang lemah juga berisiko meningkatkan adiksi gadget. Selain edukasi kepada orangtua tentang bagaimana peran orangtua dalam penggunaan gadget oleh anak dan pola asuh apa yang tepat untuk mencegah adiksi gadget, orangtua dapat memilihkan mainan atau permainan alternatif untuk anak sehingga dapat mengurangi risiko adiksi gadget. Berbagai jenis mainan yang tersedia di pasaran menuntut orang tua untuk memilih mainan yang tepat untuk anak.Kreativitas dalam bermain juga diperlukan untuk membantu tahapan kognitif anak. Orang tua dapat memilih mainan dengan bijak, tidak harus yang terbaru atau yang mahal, namun dapat mendorong anak untuk aktif secara mental dan fisik.

Mainan yang paling mendidik adalah mainan yang menumbuhkan interaksi antara pengasuh dan anak dalam hubungan yang saling mendukung, tanpa syarat, tepat, aman dan terjangkau. Mainan dapat memfasilitasi perkembangan kognitif, interaksi bahasa, permainan simbolik dan imitasi, pengendalian masalah, interaksi sosial, dan aktivitas fisik pada anak. Mainan elektronik tidak dapat berinteraksi dengan anak dan lingkungan terhadap interaksi orang tua. Setiap permainan juga dapat digunakan dengan cara yang berbeda tergantung pada usia, kebutuhan, kemampuan, dan minat anak. Permainan tradisional yang banyak terdapat di Indonesia dari berbagai daerah cukup efektif sebagai alternatif kegiatan bermain anak dan sebagai modalitas manajemen pada anak dengan adiksi gadget.

Link youtube video penjelasan : https://youtu.be/k593kKJT2Lo

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

94 − 87 =