PENGARUH EKONOMI DALAM KENAIKAN HARGA BBM

TUGAS STRUKTUR : ARTIKEL

Pengaruh Ekonomi dalam Kenaikan Harga BBM

Oleh: Joan Rafif Panduwijaya

 

Abstract

          Fenomena kenaikan harga BBM pada masa sekarang ini sangat berdampak terhadap perekonomian yang ada di Indonesia. Kenaikan harga BBM yang sebelumnya disebabkan karena adanya peperangan yang terjadi di Rusia dengan Ukraina yang menyebabkan seluruh perekonomian di dunia mengalmi goncangan yang cukup serius. Dampak yang sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia terutama ialah harga minyak bumi yang naik. Perekonomian yang ada di Indonesia akan semakin kacau sehingga pemerintah Bersama masyarakat harus pintar-pintar untuk mengendalikan perekonomian yang ada di Indonesia agar tidak terjadi krisis. Sehingga pemerintah menaikan harga BBM untuk mencegah terjadinya inflasi, dimana inflasi sendiri akan berdampak krisis yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia.

Kata kunci : Kenaikan BBM, Perekonomian Indonesia, krisis

 

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

            Pada sabtu 3 September 2022, pemerintah resmi menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) atau menghapus subsidi BBM. Beragam respon menanggapi kenaikan harga BBM dalam perbincangan sebelumnya tidak menyurutkan langkah pemerintah. Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter. Harga Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Sedangkan pertamax yang non-subsidi naik di harga Rp 14.500 dari sebelumnya Rp 12.500 per liter. “Kenaikan harga BBM sekitar Rp 2.500 akan sangat dirasakan oleh masyarakat menengah ke bawah. Pasalnya, dampak dari kenaikan harga BBM ini akan mengakibatkan banyak hal

DAMPAK TERHADAP MASYARAKAT

kenaikan harga BBM akan berdampak beberapa hal pada masyarakat menengah ke bawah. Seperti timbulnya penurunan daya beli dalam jangka pendek karena income effect (dampak pendapatan) yang secara riil mengalami penurunan, meskipun bebannya akan berbeda menurut kelas pendapatan rumah tangga. Khususnya kelompok rumah tangga terbawah/miskin yang tidak memiliki ruang yang cukup untuk menghadapi masalah cashflow jangka pendek.

Kemudian secara simultan kenaikan harga BBM akan menaikkan harga-harga bahan pokok lain yang tentu memberatkan bagi masyarakat menengah ke bawah yang masih dalam proses pemulihan ekonomi setelah terdampak adanya pandemic Covid-19, pada aspek sosial masyarakat adalah mendorong peningkatan angka pengangguran. Pasalnya, BBM merupakan bahan dasar operasional perusahaan, dengan adanya kenaikan harga maka akan membebani biaya produksi. Untuk pertimbangan efisiensi produksi, maka pilihan yang harus diambil perusahaan adalah menghentikan proses perekrutan karyawan baru hingga terpaksa pemutusan hubungan kerja (PHK). Sehingga berpotensi meningkatkan angka pengangguran. dengan meningkatnya angka pengangguran, maka akan berujung pada peningkatan juga tingkat kemiskinan Indonesia.

Pada data BPS per Maret 2022 menunjukkan garis kemiskinan mengalami kenaikan 3,975% dibandingkan September 2021 atau menjadi sekitar Rp 505.469. Sehingga tidak salah jika kondisi-kondisi yang ditimbulkan dari kenaikan harga BBM mendorong timbulnya permintaan akan kebijakan kompensasi, seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) maupun BSU (Bantuan Subsidi Upah) sebagai bentuk kompensasi atas kenaikan harga BBM, Sementara bagi kelas menengah atas, kenaikan harga BBM tidak memberikan dampak signifikan, namun mereka tetap mengalami penurunan disposable income atau pendapatan yang siap dibelanjakan. 

 

PEREKONOMIAAN INDONESIA

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,17% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,21% (mtm). Inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga kelompok administered prices, di tengah penurunan inflasi inti dan deflasi pada kelompok volatile food. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK September 2022 tercatat 5,95% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69% (yoy). Ke depan, tekanan inflasi IHK diprakirakan meningkat, akibat dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan, dan masih tingginya harga energi dan pangan global. Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan mendorong inflasi tahun 2022 melebihi batas atas sasaran 3,0±1%, dan karenanya diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023. Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan mitra strategis dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui peningkatan efektivitas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan.

Inflasi inti pada Sepember 2022 terjaga sebesar 0,30% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi Agustus 2022 yang sebesar 0,38% (mtm). Penurunan inflasi inti secara bulanan terutama dipengaruhi oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global, di tengah dampak lanjutan penyesuaian harga BBM terhadap inflasi inti yang tetap terjaga pada September 2022. Penurunan lebih lanjut tertahan oleh kenaikan kelompok pendidikan seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi. Secara tahunan, inflasi inti September 2022 tercatat 3,21% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,04% (yoy). Ke depan, inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan masih berlanjut sejalan dengan dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga BBM bersubsidi dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Bank Indonesia berkomitmen untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan inflasi inti kembali ke sasaran 3+1% pada paruh kedua 2023.

Kelompok volatile food pada September 2022 kembali mencatat deflasi sebesar 0,79% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 2,90% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi bawang merah, aneka cabai, dan minyak goreng sejalan dengan peningkatan pasokan seiring panen raya di daerah sentra produksi dan pasokan minyak goreng yang terjaga. Di sisi lain, komoditas beras mengalami inflasi seiring periode musim panen gadu di daerah sentra produksi. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 9,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,93% (yoy).

Inflasi kelompok administered prices pada September 2022 mencatat peningkatan menjadi 6,18% (mtm) dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,33% (mtm). Peningkatan inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh first round effect dari penyesuaian harga BBM bersubsidi seperti yang tercermin pada kenaikan inflasi bensin, angkutan dalam kota, solar, angkutan kota antarprovinsi, dan tarif kendaraan online. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 13,28% (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,84% (yoy).

 

KRISIS EKONOMI

Selang dua tahun pandemi berlangsung, Indonesia kini telah menunjukkan tren pemulihan ekonomi yang terlihat dari resiliensi berbagai indikator perekonomian. Kondisi tersebut direspons Pemerintah dengan mengimplementasikan berbagai kebijakan yang berperan untuk menjaga keberlangsungan hidup dan penghidupan masyarakat, yang kemudian juga diadopsi menjadi best practice bagi negara-negara lain dalam merumuskan kebijakan terkait pandemi.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian turut menunjukkan atensi dalam mengatasi pandemi melalui berbagai kebijakan yang didasarkan pada kepentingan rakyat. Atas berbagai inisiasi kebijakan yang adaptif dan responsif tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendapatkan apresiasi dari kalangan media sebagai Tokoh Pemulihan Ekonomi Nasional Kategori Ekonomi, Korporasi, dan Kesehatan dalam ajang Rakyat Merdeka Awards 2022, Kamis (28/09).

“Lebih dari dua tahun kita menghadapi pandemi Covid-19, dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, Pemerintah berhasil menjalankan penanganan Covid-19 secara baik karena bagi masyarakat ini bukan hanya pandemi Covid-19 namun juga menjadi pandemi ekonomi,” ungkap Menko Airlangga.

Menurut penuturan Menko Airlangga, Pemerintah selama ini telah berupaya melakukan langkah-langkah extraordinary dengan mengimplementasikan people-first policy untuk memperhatikan live and livelihood seluruh masyarakat. Berbagai langkah tersebut mulai dari penetapan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 sebagai game changer dalam mengakselerasi APBN guna menangani dampak pada berbagai sektor, hingga penetapan Undang-Undang Cipta Kerja sebagai akselerator dalam mendorong peningkatan investasi di masa pandemi.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan tersebut, Indonesia memperoleh apresiasi atas kemampuannya dalam mengendalikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dari harian bergengsi Financial Times sebagai salah satu negara yang termasuk dalam Seven Economic Wonders of the Worried World bersama Vietnam, India, Yunani, Portugal, Saudi Arabia, dan Jepang. 

Lebih lanjut, Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa penghargaan yang diterima merupakan hasil kerja sama dan dukungan seluruh pihak dengan berdasarkan pada arahan Presiden, sehingga apresiasi dan ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh stakeholders baik dari kalangan Pemerintah maupun masyarakat.

“Saya berterima kasih kepada Presiden, Pemerintah Daerah, tenaga kesehatan, TNI, Polri, dan masyarakat atas sinerginya serta kepada seluruh anggota kabinet yang telah bersama-sama dengan Presiden, parlemen, dan stakeholders termasuk media untuk menangani pandemi,” pungkas Menko Airlangga.

Menko Airlangga juga menekankan kembali kepada masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan mengenai mandat Presiden yang disampaikan secara daring pada kegiatan tersebut, untuk tetap waspada dengan tantangan global The Perfect Storm yang hingga kini masih terjadi dan mengharapkan agar seluruh pihak dapat bersinergi dalam menyelesaikan berbagai tantangan tersebut.

“Saya optimis dengan sinergi seluruh elemen bangsa dan kerja sama kita semua, kita mampu memanfaatkan banyak peluang untuk tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan,” ujar Presiden Joko Widodo.

Sebagai informasi, Rakyat Merdeka Awards 2022 merupakan ajang penghargaan yang memberikan apresiasi atas hasil kerja keras, sumbangsih jasa, serta pemikiran para tokoh yang telah berkontribusi dalam memulihkan kondisi berbagai sektor di tengah krisis global akibat pandemi Covid-19. Disaring melalui proses riset dan analisis berdasarkan hasil survei, observasi media, pendapat masyarakat dan ahli, hingga wawancara secara langsung dalam kurun waktu 3 bulan, berbagai penghargaan tersebut diserahkan kepada 31 penerima dengan 7 bidang kategori.

Kegiatan tersebut turut dihadiri secara daring oleh Presiden Republik Indonesia dan secara luring diantaranya yakni Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Menteri Kesehatan, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktur Utama Rakyat Merdeka, serta sejumlah Pimpinan Redaksi. (dft/fsr)

 

DAFTAR PUSTAKA

https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4582/tangani-perekonomian-dengan-kebijakan-yang-adaptif-dan-responsif-menko-airlangga-dianugerahi-penghargaan-tokoh-pemulihan-ekonomi-nasional

https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2426222.aspx

https://www.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=bbm-naik-pakar-ekonomi-um-surabaya-ini-dampaknya-bagi-masyarakat-menengah-ke-bawah

 

link youtube https://youtu.be/9FlVSE3a_FQ

 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

73 − 64 =