PERANAN LITERASI DIGITAL DI ERA PANDEMI

AHMAD IMAM MAHDI

5211421121

TEKNIK MESIN

Pesatnya penyebaran penyakit coronavirus pada tahun 2019 telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Ini adalah satu lagi ledakan informasi terkait virus corona, yang juga menyebar sangat cepat di media digital. Tujuan artikel ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana literasi digital dapat digunakan untuk mengurangi penyebaran infodemik COVID-19 di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu metode yang menggunakan bahan pustaka untuk memperoleh data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan masih banyak orang yang langsung memposting tanpa mengecek ulang keakuratan dan kebenaran informasi yang disajikan di dalamnya. Selain itu, di dalam penelitian ini juga dipaparkan bahwa terdapat korelasi antara indeks literasi digital dengan kecenderungan seseorang dalam menyebarkan informasi palsu, semakin tinggi indeks literasi digital yang dimiliki oleh seseorang maka rendah kecenderungannya dalam menyebarkan konten hoaks. Demikian halnya dengan kemampuan mengenali informasi yang bermuatan hoaks, seseorang yang memiliki literasi digital yang rendah kurang mampu membedakan antara informasi palsu dan informasi yang sebenarnya. Adapaun cara yang dapat dilakukan dalam meminimalisir mewabahnya infodemi covid-19 di tengah adalah dengan melakukan konfirmasi melalui laman cek fakta resmi seperti cekfakta.com,www.covid-19.go.id/hoaks-buster/, turnbackhoax.id maupun laman lain yang dikelola secara resmi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hal tersebut hanya dapat dilakukan apabila sesorang memiliki tingkat literasi digital yang memadai

  1. Pendahuluan

Wabah Covid- 19( Coronavirus Disease 2019) telah melanda dunia sejak akhir tahun 2019 lalu. Penyakit yang menyerang sistem pernafasan ini telah membuat panik masyarakat dunia, hal ini disebabkan oleh penyebarannya yang begitu cepat dan masif. Oleh karena itu, saat ini Covid- 19 menjadi topik yang fading sering dibahas oleh publik. Hal tersebut terlihat dari data di web hunt machine google, setidaknya dalam kurun waktu 5 bulan ada sekitar

Miliar pencarian dengan menggunakan kata kunci covid- 19 per Mei2020.1 Namun, di tengah kepanikan tersebut, masih ada saja Kementerian Komunikasi dan Informatika( Kominfo) merilis temuan isu hoaks covid- 19 sebanyak1.606 kasus per 24 Mei 2021 dan pengajuan takedown sebaran hoaks di media sosial sebesar3.475.

Adapun sebaran pengajuan tersebut terdiri dari facebook, twitter, Instagram dan youtube.Dari3.475 kasus yang dilaporkan,3.056 telah ditindaklanjuti oleh Kom info. Sementara 113 kasus hoaks terkait covid- 19 ini telah dilakukan penegakan hukum. Selain itu ditemukan juga hoaks mengenai vaksin covid- 19 sebanyak 193 kasus.3 Beberapa perusahaan platform media sosial telah mengambil langkah- langkah dalam meminimalisir penyebaran informasi palsu terkait covid- 19. Facebook, Twitter dan Youtube mengklaim telah melakukan penghapusan terhadap postingan atau informasi yang berpotensi membahayakan masyarakat

  • Landasan teori

1.Literasi Digital

Literasi digital tidak hanya diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan komputer tetapi juga kemampuan dalam memahami dan mendefinisikan setiap informasi yang tersebar di berbagai media digital. Martin Alan menyatakan bahwa literasi digital adalah kolaborasi dari kemampuan menggunakan teknologi, komputer sekaligus kemampuan dalam mengakses informasi melalui teknologi dan komunikasi media

literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk engkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal.[4] Literasi digital lebih cenderung pada hal hal yang terkait dengan keterampilan teknis dan berfokus pada aspek kognitif dan sosial emosional dalam dunia dan lingkungan digital.[5] Literasi digital merupakan respons terhadap perkembangan teknologi dalam menggunakan media untuk mendukung masyarakat memiliki kemampuan membaca serta meningkatkan keinginan masyarakat untuk membaca.[6] Literasi digital adalah bagaimana kita dapat membaca cara kerja mesin aplikasi teknologi seperti: programing, artificial intelligence, engineering principle dan lain-lain

2. Info pandemi Covid-19

Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa penanganan khusus. Namun, sebagian orang akan mengalami sakit parah dan memerlukan bantuan medis. Virus dapat menyebar dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi melalui partikel cairan kecil ketika orang tersebut batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas. Partikel ini dapat berupa droplet yang lebih besar dari saluran pernapasan hingga aerosol yang lebih kecil.

Anda dapat tertular saat menghirup udara yang mengandung virus jika berada di dekat orang yang sudah terinfeksi COVID-19. Anda juga dapat tertular jika menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi. Virus lebih mudah menyebar di dalam ruangan dan di tempat ramai.

3. Literasi Digital Sebagai Penangkal Infodemi Covid-19

Kementerian Komunikasi dan Informatika meningkatkan upaya literasi digital guna menghadapi penyebaran infodemi Covid-19 di kalangan masyarakat. Selain upaya pengendalian konten seusai dengan amanat Undang-Undang No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah memunculkan istilah infodemi yang menggambarkan persebaran hoaks berkaitan dengan pandemi Covid-19.  Menurut Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, infodemi itu telah menjadi masalah baru bagi dunia internasional, selain pandemi Covid-19 itu sendiri. upaya pengendalian yang dilakukan Kementerian Kominfo, menurut Dirjen Aptika bukan untuk membatasi kebebasan berekspresi masyarakat, namun ditujukan mencegah keresahan dan gangguan ketertiban umum. Di masa pandemi seperti sekarang ini gerakan literasi digital terus dilakukan kepada masyarakat luas, mengingat penggunaan teknologi digital semakin meningkat.

Masyarakat cenderung memanfaatkan teknologi digital untuk mendapatkan informasi yang cepat dan mudah. Tentunya, hal ini juga harus disertai dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat tidak terjerumus oleh berbagi informasi yang keliru. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memaparkan fenomena yang terjadi di masyarakat terutama tentang seberapa penting literasi digital di masa pandemi dan bagaimana tingkat penggunaan literasi digital di masyarakat. Metode yang digunakan yaitu studi literatur dari berbagai artikel, jurnal, dsb yang berkaitan dengan literasi digital.

  • Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan atau library research, yaitu sebuah metode yang memanfaatkan bahan perpustakaan di dalam memperoleh data penelitiannya. 13 Metode ini digunakan dalam mengelaborasi berbagai data sekunder atau literature yang bermuatan informasi dan diperoleh baik melalui buku, jurnal, majalah, berita, dan literature yang relevan lainnya.

  • pembahasan

Di era pandemi ini, interaksi dengan lingkungan sosial tidak bisa dilakukan secara bebas seperti sebelumnya. Hal ini menjadikan smartphone sebagai jalan keluarnya, yang mana digunakan sebagai sarana komunikasi maupun informasi. Namun jika dilihat lebih dalam lagi, fenomena penggunaan smartphone di era pandemi ini nampaknya turut mengambil andil dalam perkembangan perilaku anak. Ahmad M. Ramli – Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia yang berefek pada pembelajaran daring menyebabkan usia minimal penggunaan media sosial turun hingga usia enam tahun (Media Indonesia, 2021). Namun, hal ini berbeda dengan informasi yang diberikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, di mana usia penggunaan gawai ialah ketika anak menginjak usia 13 tahun (Tirto.id, 2018). Di sisi lain, faktor yang menyebabkan penggunaan smartphone di bawah umur adalah pola asuh orang tua yang memberikan anak smartphone supaya anak tidak menangis dan mengganggu orang tua. Namun, orang tua kurang mengetahui dampak smartphone terhadap anak di bawah umur, jika penggunaannya berlebihan (Annisa, Marliana, dan Zulminiati, 2019).

Tidak bisa dihindari, bahwa akibat dari pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Di sisi lain memang smartphone sudah sangat melekat dan menjadi kebutuhan di masyarakat era pandemi Covid-19 ini. Tanpa disadari smartphone memiliki dampak-dampak terhadap generasi penerus bangsa. Sari2019) mengungkapkan bahwa terdapat dampak positif dari smartphone terhadap perkembangan anak, yaitu:

  1. Pada perkembangan kognitif, anak dapat belajar mengenal angka-angka serta mengenali hewan dan tumbuhan melalui You Tube.
  2. Pada perkembangan bahasa, anak belajar melalui video yang ditontonnya, kemudian menirukan suaranya, atau menyebutkan angka dan warna dalam bahasa inggris.
  3. Pada perkembangan seni, anak dapat mengenal warna-warna yang belum mereka ketahui melalui permainan yang dimainkan atau video-video yang ditontonnya.

Di sisi lain, kita tidak bisa memungkiri bahwa penggunaan smartphone yang berlebihan memiliki dampak yang buruk bagi tumbuh kembang anak. Menurut Widya (2020) terdapat dampak negatif terhadap anak yang memiliki kecanduan terhadap penggunaan smartphone, yaitu:

  1. Pada perkembangan fisik, penggunaan smartphone yang berlebihan dapat menyebabkan pengaruh buruk pada tubuh seperti terpaparnya radiasi elektronik yang berlebihan, anatomi tulang berubah yang menyebabkan nyeri punggung dan leher, serta menyebabkan gangguan penglihatan.
  2. Pada perkembangan kognitif, orang tua mengeluh karena penggunaan smartphone pada waktu yang tidak tepat menyebabkan gangguan proses belajar seperti menurunnya konsentrasi anak dan kurangnya dalam pemahaman materi.
  3. Pada perkembangan emosi, anak cenderung tidak bisa terpisah dari smartphonenya (tidak tahan), sehingga mereka kurang bisa mengontrol emosinya (menangis atau berteriak-teriak) ketika smartphonenya diambil. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa penggunaan smartphone yang berlebih menyebabkan emosi yang berlebihan. Seiring berjalannya waktu perilaku agresif hingga kekerasan dapat muncul karena smartphonenya diambil ataupun disita.
  4. Pada perkembangan sosial, anak cenderung malas bergaul (pasif) pada lingkungan sosialnya yang menyebabkan kurangnya dalam kemampuan berinteraksi seperti bekerjasama dengan teman ataupun peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, anak cenderung asik memainkan smartphone-nya sehingga perkembangan aspek sosioemosi cenderung tidak optimal.

Dari dampak-dampak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua terhadap anak sangat berpengaruh di era pandemi ini. Menurut Santrock (2007) masa pra sekolah (early childhood) usia 0-6 tahun adalah waktu di mana anak belajar untuk mandiri dan merawat diri, mereka mengembangkan ketrampilan seperti mengenal huruf dan angka, hingga mereka menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Di sisi lain, terdapat tiga kunci proses perkembangan pada anak, yaitu proses biologis atau fisik, kognitif dan sosioemosi. Dalam hal ini, orang tua berperan penting untuk membimbing anaknya untuk berinteraksi dan mengembangkan aspek sosioemosi mereka. Bermain bersama-sama, saling berbagi, dan sebagainya adalah interaksi yang akan memberikan pengalaman bagi anak pada masa tersebut. Kemudian yang paling penting adalah perasaan rileks dan senang, sehingga proses belajar dan bermain menjadi tercipta. Oleh karena itu, menurut Widya (2020) di era pandemi ini pola asuh orang tua terhadap penggunaan smartphone pada anak perlu dibatasi dengan cara:

  1. Memberikan ketentuan waktu penggunaan smartphone seperti hari-hari libur. Cara ini dilakukan supaya anak terbiasa pada waktu kapan penggunaan smartphone.
  2. Memberikan afeksi yang lebih terhadap anak dengan meluangkan waktu dan bermain dengan anak.
  3. Membimbing anak dalam penggunaan smartphone, dengan cara memberikan video atau permainan yang mengedukasi.
  4. Memberikan anak mainan alternatif supaya anak tidak kecanduan bermain
  • Kesimpulan

Salah satu cara principle dapat mencegah dan menekan penyebaran infodemi adalah dengan meningkatkan literasi digital masyarakat. Upaya tersebut dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam Gerakan Nasional Digital atau disebut juga dengan Siberkreasi. Kegiatan ini dilakukan berkolaborasi dengan 108 komunitas principle adenosine deaminase di land, para akademisi, dan institusi pemerintah lainnya dalam melaksanakan edukasi terkait pelatihan literasi digital. Diantara pelatihan principle dapat dilakukan adalah personal ability dan social ability principle dapat mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan teknologi informasi dan telekomunikasi, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk melakukan konfirmasi lebih lanjut terhadap infodemi covid-19 principle beredar secara cheat di tengah masyarakat. Adapaun cara principle dapat dilakukan dalam meminimalisir konsumsi dan penyebaran infodemi covid-19 adalah dengan melakukan konfirmasi melalui laman cek fakta resmi seperti cekfakta.com,www.covid-19.go.id/hoaks-buster/, turnbackhoax.id maupun laman lain principle dikelola secara resmi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dan upaya tersebut hanya dapat dilakukan apabila sesorang memiliki tingkat literasi digital principle memadai.

F.       Daftar Pustaka

Devri Suherdi, Peran Literasi Digital di Masa Pandemi, Deli Serdang

: Cattleya Darmaya Fortuna, 2021.

Endang Fatmawati. Kompetensi Literasi Digital dalam Menangkal Infodemi. Dalam Buku Kolaborasi, Riset, dan Volunterisme Membangun Resiliensi Dalam Gejolak Pandemi. Jakarta: MAFINDO, 2020, pp. 93-109.

Fauzi. 2020. ” Literasi Digital dalam Menangkal Infodemik Covid 19 di Media Sosial”.

Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam 1 (02), 17. https://jurnal. stain-madina.ac.id/.

Fernández-Torres, María J.; Almansa-Martínez, Ana; Chamizo- Sánchez, Rocío. 2021. “Infodemic and Fake News in Spain during the COVID-19 Pandemic” Int. J. Environ. Res. Public

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

36 + = 42