Peranan Literasi Digital Bagi Kewirausahaan Kerajinan Batik di Indonesia

Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat beranekaragam baik dalam unsur suku, budaya, bahasa dan lain sebagainya. Begitu pula dengan kerajinan batik ini. Kerajinan Batik ini haruslah sangat di hargai, dilestarikan dan juga dibanggakan oleh masyarakat negara Indonesia sendiri. Karena Kerajinan Batik Indonesia telah diakui sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, yang kemudian diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Kata batik sendiri merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam bahasa Inggrisnya “wax-resist” (Siti Maziyah, dkk, 2015: 102). Batik berasal dari bahasa Jawa “mbatik” yang artinya membuat titik-titik. Jadi batik adalah karya ataupun kerajinan dan sekaligus bentuk kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan bahan dasar kain yang diberi gambar dari titk-titik ataupun tetes-tetes yang berasal dari malam yang digunakan sebagai bahan penutupnya. Sejarah batik di Indonesia dapat ditelusuri atau diusik kembali sejak berabad-abad yang lalu. Keberadaan batik ini telah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha di Pulau Jawa pada abad ke-6. Batik pada masa itu dihasilkan secara manual dengan menggunakan tangan manusia dan juga alat-alat sederhana lainnya. Selama berabad-abad, batik berkembang pesat dan mengalami pengaruh dari berbagai budaya, seperti Cina, India, Arab, dan juga Belanda. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas dan motif batik yang unik, mencerminkan keanekaragaman budaya bangsa. Batik Indonesia terkenal dengan keindahan dan keunikan motifnya. Setiap motif batik memiliki makna dan filosofi tersendiri, yang sering kali berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, mitologi, kepercayaan, atau lingkungan alam sekitar. Beberapa motif batik yang terkenal di Indonesia antara lain motif Parang, Kawung, Truntum, Mega Mendung, dan Lereng. Pemilihan warna dan simetri dalam pola batik menambah nilai estetika yang sangat luar biasa. Di dalam melestarikan kerajinan Batik tersebut, salah satu hal yang dapat dilakukan ialah dengan menyebarluaskan kerajinan Batik tersebut, yaitu dengan cara mempromosikannya agar banyak masyarakat Indonesia maupun luar negeri yang tertarik dan membeli kerajinan tersebut. Dengan hal tersebut, kerajinan Batik ini tidak punah atau menghilang dari kebudayaan Indonesia. Namun di dalam memperjualbelikan kerajinan Batik ini, strategi yang dipilih haruslah menarik para konsumen. Salah satu hal yang dapat digunakan untuk menjual kerajinan Batik dengan cara yang menarik, mudah dan juga efisien yaitu dengan menggunakan teknologi digital yang ada. Hal tersebut menjadi salah satu strategi yang dapat dipilih karena pada zaman ini, teknologi telah semakin maju, banyak masyarakat yang telah menggunakan internet dalam segala aktivitas kehidupan, begitu pula dalam kegiatan jual beli. Para wirausaha kerajinan batik dapat, berkreasi di dalam mempromosikan kerajinan Batik yang ada di Indonesia. Dengan adanya teknologi digital ini, promosi tersebut dapat menyebar luar hingga ke berbagai penjuru negeri. Namun, sebelum melakukan hal tersebut, seorang wirausaha haruslah memahami terkait apa itu literasi digital. Menurut Martin, literasi digital merupakan kemampuan individu untuk menggunakan alat digital secara tepat sehingga ia terfasilitasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisi sumber daya digital agar membangun pengetahuan haru, membuat media berekspresi, berkomunikasi dengan orang lain dalam situasi kehidupan tertentu untuk mewujudkan pembangunan sosial, dari beberapa bentuk literasi yaitu: komputer, informasi teknologi, visual, media dan komunikasi (Martin, 2008). Senanda dengan pendapat Bawden mengartikan bahwa literasi digital adalah kemampuan dalam menggunakan informasi dari berbagai sumber digital yang disajikan melalui komputer (Bawden, 2001). Literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menerapkan keterampilan fungsional pada perangkat digital sehingga ia dapat menemukan dan memilih informasi, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi bersama orang lain, berkomunikasi secara efektif, dan tetap menghiraukan keamanan elektronik serta konteks sosial-budaya yang berkembang (Hague & Payton, 2010). Dari beberapa pengertian di atas terkait dengan pengertian literasi digital, dapat disimpulkan bahwa literasi digital bukan hanya sekedar menggunakan perangkat digital saja tetapi literasi digital diharapkan mampu untuk menemukan, mendapatkan dan juga memilih informasi, berpikir kritis. berkreativitas, berkolaborasi bersama orang lain, berkomunikasi secara efektif, dan tetap menghiraukan keamanan elektronik serta konteks sosial-budaya yang berkembang. Dengan adanya pengetahuan terkait dengan literasi digital oleh para wirausaha. Hal tersebut tentunya dapat membantu di dalam memasarkan kerajinan Batik yang telah di produksi. Selain itu, dengan adanya literasi digital, para wirausaha dapat mengakses, memilah, memahami, maupun memilih informasi yang didapatkan untuk memajukan pemasaran kerajinan batik di Indonesia. Dikarenakan masyarakatpun banyak yang telah menggunakan digital ini, pemasaran atau penjualan dapat dilakukan pada situs-situs penjualan yang berada di internet, dengan adanya hal tersebut, produsen maupun konsumen akan merasa dimudahkan didalam transaksi tersebut, barang yang dipasarkan pun dapat dikirim baik dalam maupun luar negeri, pembayaranpun juga akan mudah, dapat melalui e-money dan lain sebagainya. Bersamaan dengan keuntungan atau kemudahan yang di dapatkan melalui teknologi digital, tentunya juga akan menimbulkan kerugian ataupun kesenjangan. Dapat timbulnya berbagai kecurangan, maupun penipuan di dalam penggunaan teknologi digital. Oleh karena itu sebagai seorang wirausahawan haruslah memahami dengan baik informasi-informasi yang berada di internet, hal tersebut dapat dilakukan dengan adanya literasi digital. Pentingnya literasi digital bagi wirausahawan tidak dapat diabaikan dalam era digital yang terus berkembang. Literasi digital memberikan wirausahawan akses ke berbagai alat dan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi bisnis mereka. Dengan literasi digital, wirausahawan kerajinan Batik dapat memanfaatkan berbagai platform online, seperti media sosial, situs web, dan pasar elektronik, untuk mempromosikan dan menjual produk mereka. Mereka dapat memanfaatkan alat digital untuk menganalisis data pasar, mengidentifikasi tren konsumen, dan mengoptimalkan strategi pemasaran mereka. Selain itu, literasi digital juga membantu wirausahawan dalam menjaga keamanan dan privasi data mereka. Mereka dapat mempelajari praktik terbaik dalam pengelolaan data dan keamanan siber, sehingga dapat melindungi informasi sensitif mereka dan menjaga kepercayaan pelanggan. Selain itu, literasi digital juga memberikan wirausahawan kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru. Dalam dunia yang terus berubah dan inovatif, wirausahawan perlu terus memperbarui pengetahuan mereka tentang tren terkini dan perkembangan teknologi. Literasi digital memungkinkan mereka untuk mengikuti perkembangan terbaru dalam industri mereka, mengikuti pelatihan online, dan bergabung dalam komunitas wirausaha digital. Dengan menguasai keterampilan digital, wirausahawan dapat meningkatkan daya saing mereka dan menghadapi tantangan yang muncul dengan lebih percaya diri. Literasi digital memberikan wirausahawan keunggulan kompetitif dalam mengembangkan bisnis mereka, membuka peluang baru, dan menjalin koneksi dengan mitra bisnis dan pelanggan potensial di seluruh dunia.

Alamsyah, A. (2018). Kerajinan batik dan pewarnaan alami. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 1(2), 136-148.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2021). Warisan Budaya Takbendawi Indonesia – Batik

Naufal, H. A. (2021). Literasi digital. Perspektif, 1(2), 195-202.

Martin, A. (2008). Digital Literacy and the “Digital Society.” In C. Lankshear & M. Knobel (Eds.), Digital Literacies: Concepts,

Policies & Practices (pp. 151-176). Peter Lang https://pages.ucsd.edu/-bgoldfarb co mt109w10/reading/Lankshear- Knobel_et_al-Digitalliteracies.pdf

Bawden, D. (2001). Information and digital literacies: A review of concepts. Journal of Documentation, 57(2), 218 259. https ://doi.org/10.1108/EUM0000000 007083

Hague, A. C., & Payton, S. (2010). Digital literacy across the curriculum. In Futurelab (p. 58). http://www2.futurelah.org.uk/resoure es/documents/handbooks/digital_liter acy.pdf%5Cnwww.futurelab.org%5C nwww.futurelab.org.uk/%5Cnproject s/digital-participation

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

43 − = 40