Peran Aplikasi Surplus Sebagai Solusi Utama Pengurangan Food Waste di Indonesia

Abstract:

Food waste has become a pressing issue in Indonesia, with millions of tons of food being discarded each year. Surplus food applications have emerged as a primary solution to address this problem. This article discusses the state of food waste in Indonesia and the role of surplus food applications in reducing food waste. The condition of food waste in Indonesia is alarming, with an average of 59.8 kilograms of food per person per year being wasted. This data indicates a serious problem in the management of food resources. Surplus food applications have emerged as a potential solution by connecting surplus food with those in need and reducing food waste. Surplus food applications allow culinary business owners to sell their leftover food at discounted prices before it expires, thus avoiding the waste of unsold food. This benefits business owners by increasing revenue, reducing waste disposal costs, and promoting responsible business practices. For consumers, these applications provide the opportunity to purchase affordable food while contributing to the reduction of food waste. Furthermore, surplus food applications facilitate discussions and education through forum features, raising awareness among the public about environmental issues. Therefore, surplus food applications play a crucial role in reducing food waste, supporting responsible business practices, benefiting consumers, and promoting environmental education and awareness.

Abstrak:

Pemborosan makanan telah menjadi permasalahan serius di Indonesia, dengan jutaan ton makanan yang terbuang setiap tahunnya. Aplikasi surplus makanan telah muncul sebagai solusi utama untuk mengatasi pemborosan makanan ini. Artikel ini membahas kondisi pemborosan makanan di Indonesia dan peran aplikasi surplus dalam mengurangi food waste. Kondisi pemborosan makanan di Indonesia sangat memprihatinkan, dengan rata-rata 59,8 kilogram makanan per orang per tahun yang terbuang. Data ini mengindikasikan masalah serius dalam pengelolaan sumber daya pangan. Aplikasi surplus makanan muncul sebagai solusi yang potensial dengan menghubungkan surplus makanan dengan mereka yang membutuhkannya, serta mengurangi pemborosan makanan. Aplikasi surplus memungkinkan pemilik bisnis kuliner untuk menjual sisa makanan mereka dengan harga diskon sebelum makanan tersebut berakhir masa jualnya, menghindari pemborosan makanan yang tidak terjual. Hal ini menguntungkan pemilik bisnis dalam meningkatkan pendapatan, mengurangi biaya pembuangan sampah, dan mendorong praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab. Bagi konsumen, aplikasi ini memberikan kesempatan untuk membeli makanan dengan harga terjangkau, sambil berkontribusi pada pengurangan pemborosan makanan.

Selain itu, Aplikasi Surplus memfasilitasi diskusi dan edukasi melalui fitur Forum, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu lingkungan. Dengan demikian, Aplikasi Surplus memainkan peran penting dalam mengurangi pemborosan makanan, mendukung praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab, memberikan manfaat bagi konsumen, dan memfasilitasi pendidikan serta kesadaran lingkungan

PENDAHULUAN

Food Waste telah menjadi salah satu isu yang semakin mendesak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Setiap tahunnya, ton-ton bahan makanan yang dapat dikonsumsi oleh manusia berakhir sebagai sampah, merugikan lingkungan, dan mengancam ketahanan pangan. Sementara itu, jutaan orang di seluruh dunia, termasuk di dalam negeri, masih mengalami kelaparan dan kekurangan akses terhadap pangan yang cukup. Dalam konteks ini, peran aplikasi surplus makanan sebagai solusi utama pengurangan food waste telah muncul sebagai potensi untuk mengatasi dua masalah serius ini sekaligus.

Indonesia, dengan populasi yang besar dan tingkat konsumsi pangan yang signifikan, menghadapi tantangan yang semakin besar dalam pengelolaan sumber daya pangan. Data menunjukkan bahwa pemborosan makanan di Indonesia cukup tinggi, dari pangan yang terbuang di tingkat rumah tangga hingga sampah-sampah makanan yang terbuang di sepanjang rantai pasokan makanan. Dalam situasi seperti ini, aplikasi surplus makanan muncul sebagai alat yang potensial untuk menghubungkan surplus makanan dengan mereka yang membutuhkannya, serta mengurangi jumlah makanan yang terbuang.

Aplikasi surplus, memiliki perananan penting dalam menanggulangi permasalahan ini dimana aplikasi ini memungkinkan produsen, toko, restoran, dan individu untuk menjual kembali makanan  yang mungkin tidak habis dengan harga di bawah pasaran dengan catatan makanan ini masih layak konsumsi, sehingga makanan ini tetap dapat digunakan oleh orang yang membutuhkannya. Di samping itu, aplikasi surplus makanan juga dapat membantu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengurangi pemborosan makanan dan mengambil tindakan yang lebih bertanggung jawab terhadap pangan.

Dalam konteks ini, penelitian dan pembahasan tentang peran aplikasi surplus makanan di Indonesia menjadi sangat penting. Artikel ini akan mengulas bagaimana aplikasi surplus makanan dapat menjadi solusi utama dalam mengurangi food waste di Indonesia, dengan fokus pada manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh penerapannya.

Dari Pemaparan di atas maka dapat didapatkan dua rumusan masalah yang akan di bahas dalam artikel ini

  1. Bagaimana kondisi sampah makanan di Indonesia?
  2. Peran Aplikasi Surplus dalam menanggulangi Food waste di Indonesia?

Bagaimana kondisi sampah makanan di Indonesia ?

Food Waste merujuk pada semua bahan makanan yang seharusnya untuk dikonsumsi oleh manusia, tetapi akhirnya dibuang dan tidak dimakan karena berbagai alasan, seperti rusak, terurai, atau terkena serangan hama (FAO, 2013). Di sisi lain, penelitian Parfitt et al (2010) mendefinisikan pemborosan makanan sebagai makanan yang sebenarnya dapat dikonsumsi oleh manusia namun justru terbuang. Di Indonesia, tidak ada definisi khusus untuk pemborosan makanan, tetapi ini masuk ke dalam kategori sampah rumah tangga yang mudah terurai atau sampah organik, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Pemborosan makanan dibagi menjadi dua kategori, yaitu pemborosan makanan yang dapat dihindari, seperti makanan yang masih layak dikonsumsi tetapi akhirnya tidak dimakan, makanan yang mengalami kerusakan, dan produk makanan lain yang dibuang karena berbagai alasan (Berndstad and Anderson, 2015). Sedangkan pemborosan makanan yang tidak dapat dihindari mencakup pemborosan yang terjadi selama persiapan makanan, seperti bagian makanan yang memang tidak dapat dikonsumsi, misalnya tulang, cangkang telur, dan sejenisnya (Berndstad and Anderson, 2015; WRAP UK, 2009).[1]

   Sampah makanan Indonesia benar-benar memprihatinkan. Dr. Nyoto Suwignyo, M.M., Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional RI, menyampaikan hal ini pada Selasa, 23 Agustus, di Seminar Seri SDG #80 dengan tema “Peluang dan Tantangan Pengendalian Kerawanan Pangan Indonesia”.

    Nyoto Suwignyo menemukan bahwa sekitar 59,8 kilogram makanan per orang per tahun terbuang sia-sia. Dari total 59,8 kilogram tersebut, 28 kilogram berasal dari rumah tangga, dan 31,8 kilogram lainnya berasal dari non-rumah tangga. Akibatnya, total sampah makanan yang dihasilkan Indonesia setiap tahunnya mencapai 16,3 juta ton, dikalikan dengan jumlah penduduknya yang berjumlah 273 juta.  Maka jumlah total sampah makanan yang dihasilkan per tahunnya sebanyak 16, 3 juta ton.

   Nyoto Suwignyo menyatakan, “Padahal satu butir padi berada pada posisi tumbuh yang sangat lama (rata-rata 3-4 bulan) dan ternyata hanya dibuang sia-sia oleh orang-orang yang menggunakannya dengan boros, mengakibatkan kemubaziran dalam pengelolaan makanan.” Dari jumlah sampah makanan 59.8 kilogram per orang, diketahui bahwa 2,7 kilogram beras, 7,3 kilogram sayur, 5 kilogram buah, 2,8 kilogram tempe, tahu, dan oncom, dan yang tersisa adalah ikan, daging, dan makanan lainnya.[2]

Peran Aplikasi Surplus dalam menanggulangi Food waste di Indonesia

   Pada tanggal 12 Maret 2020, Aplikasi Surplus diperkenalkan ke publik. Aplikasi ini bertujuan untuk memberikan layanan kepada pengguna yang ingin membeli makanan dari restoran dan toko makanan dengan harga diskon minimal 50% sebelum makanan tersebut berakhir masa jualnya. Ide ini muncul karena Indonesia adalah negara dengan jumlah pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Menurut The Economist Intelligence Unit (EIU), setiap orang di Indonesia menghasilkan rata-rata 300 kg sampah makanan per tahun. Data dari Aksamala Foundation juga menunjukkan bahwa 72% restoran di Jakarta memiliki sisa makanan yang tidak terjual setiap hari. Pembuangan makanan yang berlebihan ini sangat disayangkan, terutama karena sampah makanan yang membusuk dapat menghasilkan gas metana yang berkontribusi pada pemanasan global.

   Aplikasi Surplus memudahkan pemilik bisnis kuliner seperti restoran, kafe, dan toko roti untuk menjual sisa makanan mereka pada akhir hari, sehingga menghindari pembuangan makanan yang tidak terjual. Hal ini bukan hanya bermanfaat bagi pemilik bisnis dalam meningkatkan pendapatan dan menarik pelanggan baru, tetapi juga membantu dalam mengurangi biaya pembuangan sampah serta mendorong praktik restoran yang ramah lingkungan. Sementara bagi konsumen, aplikasi ini memberikan kesempatan untuk membeli makanan dengan harga terjangkau, sambil berkontribusi dalam upaya mengurangi pembuangan sampah makanan demi keberlanjutan lingkungan.

   Selain itu, Aplikasi Surplus menawarkan fitur Forum yang memungkinkan pengguna untuk berdiskusi, berbagi ide, dan terhubung dengan aktivis lingkungan yang dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai masalah pembuangan sampah makanan dan isu lingkungan lainnya. Dalam fitur forum ini, pengguna juga dapat berbagi sisa makanan pribadi, seperti makanan yang tersisa dari acara atau bahan makanan yang tidak terpakai. Tidak hanya makanan, pengguna juga dapat berbagi barang-barang yang masih dalam kondisi baik namun tidak terpakai.[3]

  Aplikasi Surplus memegang peran yang sangat penting dalam konteks lingkungan dan bisnis. Pertama, dengan memberikan platform bagi pemilik bisnis kuliner untuk menjual sisa makanan mereka dengan harga diskon sebelum makanan tersebut terbuang, aplikasi ini secara efektif membantu mengurangi pemborosan makanan yang merupakan masalah serius di Indonesia. Kedua, Aplikasi Surplus mendorong praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab dengan membantu pemilik bisnis mengurangi biaya pembuangan sampah dan meningkatkan pendapatan mereka. Ini menciptakan peluang untuk membangun bisnis yang lebih berkelanjutan. Ketiga, bagi konsumen, Aplikasi Surplus memberikan kesempatan untuk membeli makanan dengan harga yang lebih terjangkau, menciptakan pengalaman yang menarik dan sekaligus berkontribusi pada upaya mengurangi pemborosan makanan. Terakhir, melalui fitur Forum, aplikasi ini memberikan wadah bagi pengguna untuk berpartisipasi dalam diskusi dan belajar lebih banyak tentang isu-isu lingkungan, yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah pembuangan sampah makanan dan masalah lingkungan lainnya. Dengan demikian, Aplikasi Surplus memainkan peran penting dalam mengurangi pemborosan makanan, mendukung praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab, memberikan manfaat bagi konsumen, dan memfasilitasi pendidikan serta kesadaran lingkungan.

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Sampah makanan Indonesia benar-benar memprihatinkan. Dr. Nyoto Suwignyo, M.M., Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional RI, menyampaikan hal ini pada Selasa, 23 Agustus, di Seminar Seri SDG #80 dengan tema “Peluang dan Tantangan Pengendalian Kerawanan Pangan Indonesia”.

Nyoto Suwignyo menemukan bahwa sekitar 59,8 kilogram makanan per orang per tahun terbuang sia-sia. Dari total 59,8 kilogram tersebut, 28 kilogram berasal dari rumah tangga, dan 31,8 kilogram lainnya berasal dari non-rumah tangga. Akibatnya, total sampah makanan yang dihasilkan Indonesia setiap tahunnya mencapai 16,3 juta ton, dikalikan dengan jumlah penduduknya yang berjumlah 273 juta.  Maka jumlah total sampah makanan yang dihasilkan per tahunnya sebanyak 16, 3 juta ton. Melihat hal yang memprihatinkan tersebut maka Surplus hadir sebagai solusi dari masalah ini Aplikasi Surplus memegang peran yang sangat penting dalam konteks lingkungan dan bisnis. Pertama, dengan memberikan platform bagi pemilik bisnis kuliner untuk menjual sisa makanan mereka dengan harga diskon sebelum makanan tersebut terbuang, aplikasi ini secara efektif membantu mengurangi pemborosan makanan yang merupakan masalah serius di Indonesia. Kedua, Aplikasi Surplus mendorong praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab dengan membantu pemilik bisnis mengurangi biaya pembuangan sampah dan meningkatkan pendapatan mereka. Ini menciptakan peluang untuk membangun bisnis yang lebih berkelanjutan. Ketiga, bagi konsumen, Aplikasi Surplus memberikan kesempatan untuk membeli makanan dengan harga yang lebih terjangkau, menciptakan pengalaman yang menarik dan sekaligus berkontribusi pada upaya mengurangi pemborosan makanan. Terakhir, melalui fitur Forum, aplikasi ini memberikan wadah bagi pengguna untuk berpartisipasi dalam diskusi dan belajar lebih banyak tentang isu-isu lingkungan, yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah pembuangan sampah makanan dan masalah lingkungan lainnya. Dengan demikian, Aplikasi Surplus memainkan peran penting dalam mengurangi pemborosan makanan, mendukung praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab, memberikan manfaat bagi konsumen, dan memfasilitasi pendidikan serta kesadaran lingkungan.

  • Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan artikel ini masih terdapat banyak kesalahan, untuk itu penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya, penulis berharap melalui artikel ini:

  1. Penulis berharap bahwa artikel ini dapat menambah pengetahuan pembaca baik terkait Food Waste itu sendiri maupun aplikasi Surplus dan peran pentingnya.
  2. Penulis juga berharap artikel ini dapat bermanfaat dan dijadikan literatur atau patokan bagi penulisan artikel serupa

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Shinta Citra, and Alin Halimatussadiah, ‘Kebijakan Pengelolaan Sampah Nasional: Analisis Pendorong Food Waste Di Tingkat Rumah Tangga’, Jurnal Good Governance, 2022 <https://doi.org/10.32834/gg.v18i1.457>

satria.ardhi.n. 2022. ‘Food Waste Indonesia Memprihatinkan – Universitas Gadjah Mada’, Ugm.ac.id <https://ugm.ac.id/id/berita/22855-food-waste-indonesia-memprihatinkan/>

Surplus Indonesia. 2020. ‘Aplikasi Surplus : Solusi Masalah Food Waste Di Indonesia’, Surplus Indonesia (Surplus Indonesia) <https://www.surplus.id/post/aplikasi-surplus-solusi-masalah-food-waste-di indonesia#:~:text=Aplikasi%20Surplus%20menyediakan%20layanan%20untuk,di%20dunia%20setelah%20Arab%20Saudi.>


[1] Shinta Citra Lestari and Alin Halimatussadiah, ‘Kebijakan Pengelolaan Sampah Nasional: Analisis Pendorong Food Waste Di Tingkat Rumah Tangga’, Jurnal Good Governance, 2022 <https://doi.org/10.32834/gg.v18i1.457>.

[2] satria.ardhi.n. 2022. ‘Food Waste Indonesia Memprihatinkan – Universitas Gadjah Mada’, Ugm.ac.id <https://ugm.ac.id/id/berita/22855-food-waste-indonesia-memprihatinkan/>

[3] Surplus Indonesia. 2020. ‘Aplikasi Surplus : Solusi Masalah Food Waste Di Indonesia’, Surplus Indonesia (Surplus Indonesia) <https://www.surplus.id/post/aplikasi-surplus-solusi-masalah-food-waste-di-indonesia#:~:text=Aplikasi%20Surplus%20menyediakan%20layanan%20untuk,di%20dunia%20setelah%20Arab%20Saudi.>

‌LINK YOUTUBE :  https://youtu.be/o5ZgFkMb0HI?si=eoRMnC2NwRaULWcA

You may also like...