ANALISIS TINGKAT LITERASI DIGITAL GENERASI MILENIAL DALAM MENANGGULANGI PENYEBARAN HOAX

Teknologi informasi saat ini berkembang pesat dalam menjawab kebutuhan zaman. Internet adalah teknologi terbaru yang dibutuhkan semua orang dan telah menjadi sarana komunikasi terpenting. Berkat keterbukaan informasi melalui berbagai sarana komunikasi digital, ketersediaan transportasi yang semakin murah, dan kemudahan migrasi dengan semakin terbukanya politik antar bangsa, antar masyarakat bahkan antar bangsa, budaya dimungkinkan (Setiawan, 2020). Belakangan, situasi ini melahirkan generasi milenial dan dicurigai oleh berbagai kalangan dengan bentuk pemikiran, sikap, dan interaksi sosial yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.

Menurut Putri (2021), literasi digital digambarkan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan berbagai bentuk informasi. Setiawan (2020) menjelaskan bahwa konsep literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga tentang membaca yang bermakna dan mudah dipahami. Literasi digital melibatkan ide-ide pembelajaran, bukan penekanan tombol. Oleh karena itu, Setiawan (2020) lebih menitikberatkan pada proses berpikir logis dan berpikir kritis ketika berhadapan dengan media digital, ketimbang kompetensi teknis sebagai kompetensi inti kompetensi digital.

Literasi digital secara umum dianggap sebagai kearifan masyarakat (netizen) dalam penggunaan internet dan media digital. Putri, (2021) menjelaskan bahwa belajar bagaimana mengatur pengetahuan dan membangun kumpulan informasi yang dapat diandalkan dari berbagai sumber yang berbeda membutuhkan keterampilan selain seni berpikir kritis. Mereka yang memiliki literasi digital diharapkan dapat menggunakan mesin pencari untuk menemukan dan membangun strategi pencarian informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasinya. Oleh karena itu, literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menemukan, mempelajari, dan menggunakan sumber media yang berbeda dalam format yang berbeda (Nasionalita & Nugroho, 2020).

Generasi Milenial adalah aset bangsa, subjek perubahan, dan pemimpin masa depan (Bahri,2020). Sementara itu, Putri, (2021) berpendapat bahwa generasi milenial umumnya lebih berpendidikan dan sadar teknologi daripada pendahulunya). Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa milenial adalah sekelompok orang yang lahir dan besar di dunia digital dengan berkembangnya media massa dan TIK..

Kelahiran kaum milenial yang mengandalkan kemajuan teknologi internet memungkinkan komunikasi melalui teknologi internet. Menurut majalah TIME, dikutip Raharjo & Winarko (2021), generasi millennial adalah generasi yang sangat aktif online, dengan tingkat narsisme, materialisme, dan kecanduan teknologi yang lebih tinggi dibandingkan generasi lainnya. Oleh karena itu, Internet merupakan media yang digunakan untuk mengefektifkan proses komunikasi yang terkait dengan berbagai aplikasi seperti Web, VoIP, dan email (Jati, 2021). Proses ini mengubah penggunaan komunikasi manual tradisional menjadi komunikasi yang otomatis, modis, dan mutakhir menggunakan teknologi berbasis elektronik..

Banyak penelitian telah dilakukan tentang hubungan antara milenium dan teknologi. Studi-studi ini termasuk penelitian oleh Putri et al. (2010) Dikutip oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pusat Statistik Irlandia (2018), penggunaan teknologil yang membedakan satu generasi dengan generasi lainnya. Misalnya antara Milenial, Generasi X, dan Baby Boomers. Milenial lebih sering menggunakan teknologi karena mereka lebih mudah bersentuhan dengan teknologi baru dibandingkan generasi lainnya. Akibatnya, generasi milenial unggul dalam mengadopsi teknologi baru.

Menurut Nationalita dan Nugroho, ada dua masalah serius. Dengan kata lain, informasi yang didistribusikan di Internet bervariasi dari informasi faktual hingga informasi fiktif. Informasi juga mengalir dengan cepat dan cepat serta tidak dapat dikorupsi. Kegagalan untuk bertindak dan mengelola informasi lebih buruk daripada informasi yang berlebihan. Ini karena orang-orang terjebak dalam rawa-rawa dunia maya dan rawa-rawa informasi yang padat dalam gejolak tersebut. Kedua, fleksibilitas untuk membuat konten informasi menjadi kekuatan tawar teknologi informasi dan komunikasi. Fleksibilitas ini memungkinkan informasi dibuat sebagai produk.

Hoax adalah informasi yang bertele-tele dan seringkali tanpa filter, yang dapat menyebabkan penyebaran berbagai informasi yang tidak diketahui kebenarannya. Hoax dianggap sebagai masalah serius di era digital.

Upaya pemerintah sedang dilakukan dalam kerangka urgensi literasi digital yang dituangkan dalam Roadmap Literasi Digital 2021-2024. Pemerintah bukan satu-satunya yang mengambil tindakan pencegahan untuk meningkatkan kualitas literasi digital. Kampanye literasi digital juga telah aktif diumumkan oleh masyarakat umum, lembaga nonprofit dan akademisi (Fitriyani, & Mukhlis, 2021). Sebagian besar langkah tersebut karena kekhawatiran akan efek negatif dari media dan teknologi yang mereka konsumsi (Limilia dan Aristi, 2019). Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa kaum milenial perlu melakukan tindakan pencegahan untuk bisa membedakan mana informasi yang benar dan mana yang salah

Munculnya informasi hoax sebagai permasalahan di masyarakat digital terkini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital Indonesia masih rendah. Data memiliki jumlah pengguna Internet yang besar di Indonesia, terutama pada generasi millennial yang sering mengakses konten informasi dan media sosial seperti Instagram, Facebook, Youtube, Twitter, dll, sehingga tidak ada gunanya menggunakan Internet dengan bijak. ditampilkan.

Literasi Informasi Generasi Millennial

Pada kategori ini, analisis whistleblower/milenium dapat dilihat melalui pengalaman masing-masing melalui literasi informasi. Dimulai dari pengetahuan masing-masing penyedia informasi tentang pemahaman umum literasi informasi, penerapan masing-masing penyedia literasi informasi, dan manfaat penerapan literasi informasi itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Fitriyani, & Mukhlis, 2021) hampir semua informan mengatakan bahwa literasi informasi memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari sehubungan dengan penggunaan informasi, terutama dari pencarian, pemilihan dan pencarian informasi hingga penggunaan informasi. keahlian. Untuk semua kebutuhan pribadi. Setelah para pemberi informasi membuat pernyataan tentang definisi dan pengertian literasi informasi, sebagian besar masyarakat menerapkan keberadaan literasi informasi itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagian besar dari mereka menerapkan literasi informasi dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi informasi merupakan pemecah gelombang yang dapat menjembatani penggunaan informasi yang beredar dan dibagikan secara luas dalam kehidupan masyarakat dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan informasi pribadinya, terutama dengan terlebih dahulu memilih informasi yang diterima di media sosial. Oleh karena itu, literasi informasi memiliki banyak manfaat bagi yang menerapkannya. Seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa informan tentang manfaat sikap sastra dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menerima berbagai manfaat yang mereka rasakan setelah menampilkan sikap sastra dalam kehidupan sehari-hari, terutama dengan pemanfaatan informasi. Mereka dapat lebih memilih informasi fakta/realitas berdasarkan sumber yang valid, menggunakan informasi sesuai kebutuhan, meningkatkan keterampilan, dan bijaksana dalam menggunakan informasi.Anda bisa menjadi orang yang kritis. Membantu seseorang membuat pilihan yang tepat dalam kehidupan sosial.

Penggunaan Media Sosial oleh Generasi Millennial

Dalam kategori ini, analisis whistleblower/milenium terlihat, terutama melalui penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, mereka memahami pentingnya media sosial, alasan di balik keputusan mereka untuk menggunakan media sosial yang sering mereka gunakan, dan dampak positif dan negatif yang mereka alami saat menggunakan media sosial. Berdasarkan data survei dari pernyataan pelapor, media sosial memiliki definisi tersendiri untuk setiap pelapor. Dalam menggunakan media sosial, mereka sering menggunakan media sosial yang berbeda dan berbeda satu sama lain tergantung pada kebutuhan informasi mereka. Ada juga alasan untuk memilih media sosial tertentu yang sering Anda gunakan. Rata-rata mereka memilih media sosial seperti Youtube, WhatsApp, Facebook dan Instagram. Pelapor lebih memilih menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari-hari karena mereka merasa nyaman dalam hal komunikasi, berbagi informasi, dan bersosialisasi.

Informan juga merasakan berbagai efek positif dan negatif dengan menggunakan media sosial, dan menunjukkan berbagai efek positif dan negatif dengan menggunakan media sosial, terutama dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sekedar mencari atau berbagi informasi di media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram dan Twitter adalah contoh dampak positif yang sering kita rasakan. Dampak negatif yang sering kita jumpai adalah mudah termakan oleh penyebaran pesan hoax yang sering dibagikan melalui media sosial. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan media sosial secara lebih selektif dan cerdas, terutama dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap Bijak Generasi Millennial dalam Bermedia Sosial untuk Menghadapi Penyebaran Berita Hoax

Kategori Whistleblower/Analisis Milenial menunjukkan betapa bijaknya kita menggunakan media sosial, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Sikap bijak yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan informasi secara efisien, efektif dan etis untuk mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari untuk kepentingan orang lain. Kategori ini untuk para pelapor untuk memahami sikap cerdas di media sosial, menerapkan generasi milenial pada sikap cerdas itu sendiri, dan mengatasi penyebaran misinformasi di media sosial, dimulai dengan membicarakan manfaat dan peran literasi.

Selain itu,  juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka berusaha mengimplementasikan media sosial dengan kehidupan media sosial sehari-hari. Di tengah-tengah publik, HaAx News salah didistribusikan sementara HaAx News secara tidak sengaja didistribusikan kepada orang lain melalui media sosial. Untuk alasan ini, mengimplementasikan pengaturan media sosial, pengaturan media sosial sosial dengan memilih informasi yang digunakan terlebih dahulu dan memilih dan memilih informasi yang sesuai untuk informasi yang valid dan akurat. Penting untuk diimplementasikan. Informasi bertanggung jawab atas tanggung jawab digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Gunakan literasi informasi secara lebih cermat, teliti, dan bijak dengan terlebih dahulu memilih informasi yang tepat yang diterima di media sosial untuk melihat apakah ada sumber fakta yang akurat. Dan keuntungan yang anda dapatkan juga sangat berbeda. Apalagi ketika sikap terdidik diterapkan, tidak mudah lagi mempercayai adanya Berita yang sumber dan kebenarannya belum jelas. Kategorikan informasi yang tepat di mana Anda tidak dapat memilih terlebih dahulu informasi yang tampaknya relevan dan relevan dengan kebutuhan informasi Anda. Selain itu, masyarakat dengan literasi informasi dapat lebih kritis, cerdas, dan melek informasi, meminimalisir penyebaran pesan hoaks di media sosial yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. (2021). Literasi Digital Menangkal Hoaks Covid-19 Di Media Sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi,10(1), 16-28.

Fitriyani, & Mukhlis, S. (2021). Urgensi Penggunaan Digital Literasi Dalam Pelaksanaan Pendidikan Dimasa Pandemi: Systematic Literature Review. Jurnal Dikoda, 2(1), 13-20.

Jati, W. (2021). Literasi Digital Ibu Generasi Milenial Terhadap Isu Kesehatan Anak Dan Keluarga. Jurnal Komunikasi Global, 10(1), 1-23.

Nasionalita, K., & Nugroho, C. (2020). Indeks Literasi Digital Generasi Milenial Di Kabupaten Bandung. Urnal Ilmu Komunikasi, 18(1), 32-44.

Putri, S., & Irhandayaningsih, A. (2021). Literasi Informasi Generasi Millennial Dalam Bermedia Sosial Untuk Mengatasi Penyebaran Berita Hoax Terkait Covid-19 Di Kabupaten Pati. Jurnal Kajian Budaya,Perpustakaan, Dan Informasi, 5(3), 491-504.

Raharjo, N., & Winarko, B. (2021). Analisis Tingkat Literasi Digital Generasi Milenial Kota Surabaya Dalam Menanggulangi Penyebaran Hoaks. Jurnal Komunikasi Dan Informatik, 10(1), 33-44.

Sopani, I. (2022). Literasi Digital Dalam Menghadapi Hoaks Di Masa Pandemi. : Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 9(1), 36-44.

Link Youtube : https://youtu.be/zIHoGrJSBss

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

− 3 = 1