Digitalisasi dan Kecenderungan Perilaku Konsumtif melalui QRIS

Perkembangan dunia teknologi semakin pesat beberapa tahun kebelakang. Dalam masa ini manusia sudah bergantung dari kemudahan kemajuan teknologi yang ada. Digitalisasi adalah tanda masuknya peningkatan pemanfaatan teknologi berbasis digital yang hampir digunakan di seluruh aspek kehidupan. Dalam era digital yang terus berkembang, peran digitalisasi dalam membentuk perilaku konsumtif menjadi semakin signifikan. Salah satu inovasi yang mencolok dalam ranah ini adalah penggunaan Quick Response Code (QR Code) dan sistem pembayaran QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Inovasi ini tidak hanya menjadi alat pembayaran, melainkan juga sebuah strategi cicilan yang mulai diterapkan sejak Januari 2020. QRIS menggabungkan berbagai jenis QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang menggunakan QR Code. Ini adalah hasil kolaborasi antara industri kerangka angsuran dan Bank Indonesia, menciptakan interaksi pertukaran dengan QR Code yang lebih sederhana, lebih cepat, dan aman. QRIS sebagai standar QR Code pembayaran untuk sistem pembayaran Indonesia, dikembangkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).

Lebih dari sekadar alat pembayaran, digitalisasi melalui QRIS memiliki dampak mendalam pada cara individu berinteraksi dengan dunia konsumsi. QRIS memudahkan proses transaksi, memungkinkan konsumen untuk membayar dengan cepat dan efisien. Dengan menggunakan perangkat seluler, pembeli dapat dengan mudah memindai kode QR yang tertera pada kasir atau produk tanpa perlu membawa banyak uang tunai dan merchant tidak perlu menyiapkan uang pecahan kecil untuk uang kembalian. Selain itu, QRIS juga memungkinkan integrasi yang mudah dengan program loyalitas dan penawaran diskon, menguntungkan baik konsumen maupun perusahaan.

Melalui kenyamanan dan daya tarik pengalaman berbelanja digital, QRIS secara tak langsung meningkatkan kecenderungan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk membeli barang atau jasa secara terus menerus secara tidak rasional, tanpa mempertimbangkan aspek kegunaannya, sehingga yang ditonjolkan adalah status, prestige, kekayaan, keistimewaan dan hal lain yang mencolok. Kemampuan untuk mudah mengakses dan membayar produk atau layanan mendorong pembelian impulsif dan meningkatkan frekuensi belanja. Hal ini disebabkan karena pengguna dapat melakukan pembayaran dengan sangat mudah dan cepat sehingga cenderung menggunakan QRIS tanpa berpikir lebih jauh, selain itu karena tidak adanya uang tunai yang dipegang maka saat melakukan transaksi pembelian kegiatan transaksi tidak terasa hingga menyebabkan pengeluaran meningkat.

Namun kecenderungan ini juga membawa risiko. Kemudahan dan kepraktisan pembayaran, ditambah dengan adanya diskon atau promo untuk transaksi cashless, membuat metode ini semakin digemari oleh banyak kalangan. Penggunaan cashless dapat membawa dampak positif, seperti pengeluaran yang lebih terjaga dan hemat, namun juga dapat memicu pengeluaran berlebih karena tergoda oleh diskon atau voucher. Sebagai upaya untuk meminimalisir dampak negatif, kontrol diri perlu diterapkan, termasuk dengan menetapkan batas maksimal jumlah saldo pada e-wallet.

Dengan demikian, peran digitalisasi terutama melalui QRIS, tidak hanya menciptakan transformasi dalam cara kita bertransaksi, tetapi juga membentuk pola pikir dan perilaku konsumtif yang memerlukan pemahaman dan pengelolaan secara bijak di tengah arus kemajuan teknologi yang terus berlanjut. Digitalisasi melalui QRIS bukan hanya sekadar revolusi pembayaran, tetapi juga membentuk era baru konsumsi digital yang cerdas dan berkelanjutan.

Link Youtube:

https://youtu.be/0fogCL_NMnE?si=aPp0M1DTzwaD3A26

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

+ 75 = 82