LITERASI DIGITAL DI KALANGAN USIA MUDA

PENDAHULUAN

            Pengguna media sosial di Indonesia sebanyak 85% terhubung ke sosial media facebook group (facebook, instagram, whatsapp messenger) yang merupakan jumlah terbesar. Menurut infografis APJII, sebanyak 65 juta aktif menggunakan facebook setiap hari dan 50% bergabung digrup facebook. Pengguna instagram sebanyak 45 juta setiap hari dan jika dirataratakan memposting 2 kali lebih banyak dari global average (APJII, 2017).

            Pada tahun 2010 – 2014, dari sekitar 2 juta pasangan menikah, 15 persen di antaranya bercerai. Angka perceraian yang diputus pengadilan tinggi agama seluruh Indonesia tahun 2014 mencapai 382.231, naik sekitar 100.000 kasus dibandingkan dengan pada 2010 sebanyak 251.208 kasus. Permasalahan yang muncul terkait dengan penelitian ini perlu diantisipasi dengan menyelenggarakan pelatihan literasi media bagi kalangan muda. Menurut David Buchingham (2001) bahwa pendidikan media bertujuan untuk mengembangkan baik pemahaman kritis maupun partisipasi aktif, sehingga memampukan anak muda sebagai konsumen media membuat tafsiran dan penilaian berdasarkan informasi yang diperolehnya, selain itu memampukan anak muda untuk menjadi produser media dengan caranya sendiri sehingga menjadi partisipan yang berdaya di masyarakatnya. Pendidikan media adalah soal pengembangan kemampuan kritis dan kreatif anak muda.

            Pelatihan literasi media diperlukan agar masyarakat memiliki sikap kritis dalam menyikapi setiap informasi dan interaksi yang ada. Masyarakat perlu di berikan edukasi berkenaan dengan aturan dan cara main yang digunakan ketika dia memanfaatkan sosial media dalam kehidupan sehari-hari. Validitas media harus ditelusuri dengan cara mencari informasi dari berbagai macam media. Tujuannya untuk pencarian apakah isi dari berita memiliki informasi yang berimbang atau tidak. Kebebasan pers dan didukung oleh teknologi komunikasi dengan internetnya memungkinkan masyarakat untuk memproduksi dan mengkonsumsi informasi. Informasi yang dapat diperoleh dapat dengan mudah tersedia di media social. Pengguna media social rata-rata pada kalangan anak muda dan remaja. Pemahaman akan dampak buruk literasi digital perlu ditekankan pada pengguna agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

            Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Pritanova, (2017), menyebutkan bahwa pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan Literasi media pada saat ini lebih menjurus pada penggunaan media sosial yang dapat lebih dispesifikasikan pada literasi digital yang merupakan turunan dari literasi media yang lebih luas. Literasi media meliputi televisi, film, media cetak. Sedangkan untuk kajian yang diteliti pada penelitian ini adalah mencakup penggunaan media sosial yang meliputi facebook, instagram, twitter, youtube, path dll. Menurut Kurniawati dan Baroroh, (2016) pengertian literasi media terdiri dari dua kata, yakni literasi dan media.

            Secara sederhana literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis atau dengan kata lain melek media aksara sedangkan media dapat diartikan sebagai suatu perantara baik dalam wujud benda, manusia, peristiwa, maka literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencari, mempelajari, dan memanfaatkan berbagai sumber media dalam berbagai bentuk. Pemahaman yang cukup mengenai dunia digital bagi kalangan anak muda dan keterbukaan informasi di media sosial yang memberikan dampak negatif penggunaan media sosial seringkali dialami oleh kalangan muda. Menurut Stefany dkk (2017) literasi media adalah kemampuan pengguna media sosial yang secara kritis dan kreatif dapat menyaring informasi yang beredar diberbagai media.

  1. RUMUSAN MASALAH

            Setelah menelaah kebutuhan dan kekayaan keilmuan yang semakin berkembang, peneliti mencoba menggambarkan dan merumuskan permasalah, yaitu bagaimana program pendidikan dan pelatihan literasi digital pada usia muda dapat memberikan kemampuan literasi digital dalam penggunaan media sosial dikalangan anak muda.

  • TUJUAN PENELITIAN

           Untuk mengetahui bagaimana program pendidikan dan pelatihan literasi digital pada usia muda dapat memberikan kemampuan literasi digital dalam penggunaan media sosial dikalangan anak muda.

  • MANFAAT PENELITIAN

            Kegiatan mencari dan memahami informasi dapat menambah wawasan individu. Meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi. Menambah penguasaan ‘kosa kata’ individu, dari berbagai informasi yang dibaca. Dan menambah pengetahuan bagi pembaca maupun penulis.

                                                              PEMBAHASAN

            Pelatihan literasi digital diperlukan agar masyarakat memiliki sikap kritis dalam menyingkapi setiap informasi dan interaksi yang ada. Masyarakat perlu di berikan edukasi berkenaan dengan aturan dan cara main yang digunakan ketika dia memanfaatkan sosial media dalam kehidupan sehari-hari. Validitas media harus di telusuri dengan cara mencari informasi dari berbagai macam media. Tujuannya untuk pencarian apakah isi dari berita memiliki informasi yang berimbang atau tidak. Kebebasan pers dan didukung oleh teknologi komunikasi dengan internetnya memungkinkan masyarakat untuk memproduksi dan mengkonsumsi informasi. Fenomena banyaknya berita hoax atau informasi sumir diperlukan kesadaran untuk memilah berita.

            Pada tahap inilah diperlukan media literasi untuk menjembatani kebutuhan akan informasi dan edukasi informasi yang sehat. Program literasi media ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan kalangan usia muda dalam mengakses informasi yang disajiakan oleh media massa. Pada perkembangannya media massa mengalami peningkatan yang pesat terutama pada media sosial. Pengguna media sosial di Indonesia merupakan pengguna yang aktif dan termasuk ke dalam peringkat 3 besar di dunia dalam penggunaannya. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena pengguna media sosial ini merupakan kalangan usia produktif dan lebih spesifiknya adalah kalangan usia muda yang berusia kisaran 17–21 tahun.

            Media sosial yang dikonsumsi oleh kalangan muda ini berupa facebook, twitter, instagram dan youtube. Selain itu juga beberapa media sosial yang digunakan berupa media yang dapat digunakan secara individual (chatting) maupun grup seperti line, whatsapp, hang out, we talk dan lain-lain. Penggunaan media sosial saat ini sangat masif, terutama pada kalangan usia produktif. Media ini digunakan mulai dari anak usia balita sampai usia manula. Lamanya penggunaan media sosial ini dalam sehari ratarata dimulai dari 2 sampai 7 jam dihabiskan untuk mengakses informasi yang disediakan oleh layanan informasi tersebut. Literasi digital sebagai rangkaian gerakan melek media yang dirancang untuk meningkatkan kontrol individu terhadap media yang mereka gunakan untuk mengirim dan menerima pesan.

            Kata kunci dari penting nya media literasi yaitu bagaimana kita memiliki filter atau kontrol terhadap media yang bisa digunakan untuk pencarian informasi dan hiburan. Landasan hukum perlu di perkenalkan sebagai pengetahuan bahwa kegiatan media literasi di lindungi oleh undang undang dasar. Ruang lingkup dari media literasi antar lain literasi teknologi, literasi informasi, literasi tanggung jawab dan kompetensi. Pengetahun akan literasi tekhnologi dikarenakan sesuai dengan teori determinasi tekhnologi mengatakan bahwa masyarakat dalam kehidupannya mengikuti perkembangan teknologi.

            Setiap lahirnya teknologi baru mempengaruhi cara pencarian informasi dan benteraksi. Terdapat tiga elemen dan tujuan pentingnya pengetahuan media literasi di berikan kepada peserta pelatihan antara lain: Sebuah pemikiran kritis untuk mengembangkan penilaian mandiri terhadap media; Sebuah kesadaran akan dampak media pada individu dan masyarakat; dan pemahaman tentang kewajiban etika dan moral praktisi media. Berbagai macam permasalahan yang ditimbulkan oleh media sosial ada baiknya jika etika dan moral harus di sosialisasikan. Hal tersebut sesuai dengan elemen terakhir dari tujuan pendidikan literasi media yaitu tentang kewajiban etika dan moral praktisi media. Penggunaaan media gawai harus di sertai dengan aturan dan kesadaran akan media.

            Kesadaran akan dampak media pada individu serta masyarakat. Peserta pelatihan diberi treatment agar dapat membedakan dampak positif dan negatif dari informasi yang diperoleh di media sosial. Selain itu pula mereka diminta untuk mengkoleksi dan mengumpulkan apa saja yang dapat menghindari dan meminimalisir dampak negatif dari media tersebut. Berikutnya adalah pembahasan tentang kewajiban etika dan moral praktisi media tidak cukup dengan metode belajar tanya jawab. Maka penugasan pembuatan mind mapping serta mengangkat studi kasus yang sering ditemukan di lapangan diberikan kepada peserta pelatihan. Para peserta pelatihan dibentuk beberapa kelompok setiap kelompok membuat mind mapping tentang media literasi, media teknologi beserta manfaatnya. Sesi kedua pada tahap pertama dilanjutkan dengan penugasan mengangkap studi kasus yang ditemukan dikehidupan sehari hari dan menjelaskan latar belakang mengapa hal tersebut bisa terjadi.

            Setelah kerangka berpikir dirumuskan sesuai dengan hasil observasi pada pengalaman tiap peserta, mereka ditugaskan untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Solusi terhadap permasalahan tersebut didasarkan pada kewajiban setiap pengguna media sosial untuk mematuhi nilai, norma dan etika yang berlaku. Landasan tentang etika sudah diberikan pada materi pengantar di awal pelatihan. Terlihat perbedaan sebelum diberikan materi media literasi dan sesudahnya. Perbedaan dapat diukur dari beberapa solusi yang tiap kelompok kemukakan di depan kelas. Tahap dua dilakukan ketika materi pengantar literasi media telah dievaluasi. Setelah hasil pengukuran telah di dapatkan maka pemberian materi tahap kedua berupa. Materi berupa literasi media yang lebih dispesifikasikan pada literasi digital dan perkembangan teknologi diberikan oleh narasumber kedua. Materi yang diberikan merupakan pendalaman dari materi yang sebelumnya telah diberikan.

            Pada materi tahap kedua narasumber memberikan pengetahuan berkenaan dengan perkembangan informasi pada sosial media. Dapat disimpulkan bahwa informasi yang disajikan pada media sosial mengalami metamorphosis. Pada content pemberitaan mengalami variasi dengan setting yang memiliki banyak ragam. Narasumber memberikan konten penjelasan konten yang beragam dilatarbelakangi oleh jenis media yang mengalami perubahan secara cepat dan masif. Beda media sosial berbeda karakteristik dan tentu saja segmentasi aplikasi dan fitur yang di berikan. Treatment yang diberikan untuk mengukur pengetahuan peserta akan pendalaman materi lebih bervariasi. Jika sebelumnya evaluasi dilakukan hanya sebatas diskusi dan tanya jawab. Pada tahap kedua peserta pelatihan diberi tantangan yang lebih beragam. Peserta diberikan tugas untuk membuat kerangka berpikir berkaitan dengan materi yang telah diberikan. Setelah itu setiap kelompok yang telah dibentuk harus mampu menjelaskan di depan kelas.

            Pada tahap ini dapat dilihat hasil evaluasi bahwa peserta bukan saja bisa menjelaskan kerangka yang sudah di rumuskan tetapi menganalisis situasi yang diangkat dari studi kasus yang aktual terjadi. Tantangan yang berbeda diberikan para peserta pelatihan jika dihadapkan dengan perkembangan teknologi komunikasi di tengah masyarakat. Beberapa media terkonvergensi harus di cari kelebihan dan kekurangannya. Para peserta pelatihan mencoba untuk mengelompokkan jenis media terkonvergen yang menyediakan informasi dan memfasilitasi interaksi sosial. Kemudian, mengkelompokkan jenis serta karakteristik dari media komunikasi. Menganalisis setiap jenis media dengan karakteristik kelebihan yang dimiliki. Kelebihan apa yang dapat di manfaatkan pada tiap jenis media yang berbeda.

                                                                 KESIMPULAN

            Pendidikan literasi digital untuk usia muda menjadi hal yang penting dilakukan karena usia muda adalah kalangan yang paling rentan dalam mengkonsumsi media. Selain itu pula usia muda yang diharapkan sebagai agen perubahan untuk mengatasi berbagai problema masyarakat digital. Keahlian dasar menjadikan aspek yang harus dipunyai oleh kalangan usia muda, yang dalam pelatihan ini telah dimiliki oleh para peserta pelatihan. Keahlian lanjut juga diperlukan untuk memaknai pesan-pesan media yang lebih kompleks yang biasanya memiliki banyak lapisan-lapisan makna. Semua keahlian tersebut pada akhirnya menentukan tingkat media literate dari setiap individu. Pada pelatihan ini peserta belum semua mempunyai keahlian ini dikarenakan keahlian ini membutuhkan latihan yang terus menerus dan konsisten sehingga mereka dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu pendidikan literasi media merupakan solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan elemen masyarakat dan civitas akademika yang peduli terhadap kemajuan bangsa.

                                                                  DAFTAR PUSTAKA

APJII, (2017). Infografis Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017. Jakarta: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Buchingham, D. (2001). Digital Media Literacies: rethingking media education in the age of the Internet, Research in Comparatie and International Education, 2(1), 43 – 45.

Darmawan, C. Silvana, H. (2017). Media Literacy: The Effect Of Communications Media On Young Age Divorce In Bandung City. International Conference (IBRAFF): Bandung.

Darmawan, C. Silvana, H (2017) Laporan Penelitian: Pengaruh Media Komunikasi terhadap Perceraian Usia Muda. LPPM Universitas Pendidikan Indonesia.

Belshaw, D. (2012). What is’ digital literacy’? A Pragmatic investigation (Doctoral dissertation, Durham University). http://etheses.dur.ac.uk/3446/1/Ed. D._thesis_(FINAL_TO_UPLOAD ).pdf. Eshet, alkalai. (2004). The Overarching Element for Successful Tecnology Integratiton, Springer International Publishing Switzerland 2015 Wan Ng.

LINK YOUTUBE

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

69 − 63 =