PENGARUH BUZZER TERHADAP PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK

Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mengakibatkan maraknya penggunaan smartphone dan media sosial di kalangan masyarakat. Hal ini disukai dan memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi secara gratis. Dengan hanya berbekal smartphone dan paket internet, kita sudah dapat memperoleh segala informasi melalui internet. Hal ini menimbulkan berbagai fenomena sebagai dampak dari teknologi. Salah satunya yaitu Buzzer. Istilah buzzer sendiri dikenal sebagai pasukan siber atau pendengung. Buzzer pada awalnya merupakan istilah yang mengandung makna netral sebagai bagian dari suatu rencana marketing. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan buzzer berkaitan dengan pembuatan, pengelolaan hingga penyampaian pesan. Namun, aktivitas buzzer yang awalnya netral mulai timbul pergeseran.

Buzzer digunakan untuk marketing dalam suatu perusahaan, dimanfaatkan oleh orang, kelompok, atau organisasi untuk menaikkan suatu informasi, isu, atau wacana di sosial media. Buzzer sebagai personal atau kolektif berperan dalam wacana atau isu yang sedang viral dan sering dibicarakan oleh netizen di media sosial. Buzzer yang awalnya dapat menjadi sebuah strategi untuk pemasaran suatu produk, juga menjadi salah satu pencitraan tokoh publik, dan menaikkan isu-isu yang menyangkut kepentingan public. Hal ini sangat bermanfaat dan menimbulkan dampak positif. Namun, sekarang buzzer tidak hanya dapat memberi dampak positif tetapi dapat memberi dampak negatif seperti menurunkan nilai suatu produk atau menjatuhkan citra tokoh seseorang.

Buzzer baik yang mandiri maupun yang dijalankan sesuai komando, dapat memengaruhi masyarakat dalam menanggapi atau melihat suatu isu atau permasalahan. Seperti pada tahun 2019 ramainya tagar #uninstallBukaLapak yang menjelang pemilu pada tahun tersebut. Hal ini berawal dari tweet yang disampaikan oleh Ahmad Zaky selaku CEO BukaLapak di Twitter. Hal ini secara cepat mendapat tanggapan dari para pengguna Twitter dan akun buzzer yang menyerang Zaky dengan berbagai tweet/cuitan yang menyudutkan CEO BukaLapak tersebut. Besarnya respon dari para pengguna Twitter saat itu membuat Ahmad Zaky perlu melakukan upaya rekonsiliasi dengan menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Namun, BukaLapak dapat mengubah opini publik dengan masih memiliki pelanggan yang setia dan Ahmad Zaky yang berhenti menjabat sebagai CEO BukaLapak. Kemudian muncul tagar #TerimaKasihZaky yang diramaikan oleh buzzer media sosial baik Twitter, Instagram, atau Facebook. Tagar ini memiliki tujuan mengungkapkan rasa terima kasih publik kepada Ahmad Zaky atas kontribusinya dalam mendirikan dan mengembangkan BukaLapak hingga menjadi salah satu marketplace besar di Indonesia yang dipilih oleh publik dalam berbelanja.

Dari contoh kasus tersebut dapat diketahui bahwa buzzer sangat mempengaruhi opini publik. Hal ini dapat berdampak positif maupun negatif bagi pelaku maupun masyarakat. Dalam media sosial, buzzer dapat menjadikan suatu perusahaan atau kelompok organisasi dipandang baik oleh publik tapi juga dapat dipandang buruk oleh publik. Hal ini mengakibatkan maraknya buzzer berbayar yang dikomandoi oleh suatu perorangan atau perusahaan untuk menaikkan brand atau informasi dari klien dari buzzer tersebut. Tidak menutup kemungkinan buzzer juga dapat disalahgunakan oleh oknum yang bermaksud jahat. Oleh karena itu, dalam bermedia sosial kita sebagai netizen harus pandai dalam memilah dan mengolah informasi. Juga mencari fakta dan kronologi sebelum membagikannya kepada orang lain. Hal ini dilakukan agar terhindar dari berita hoax dan berita yang melebih-lebihkan.

Source :

https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/1305/1148/2576

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 + 3 =