STUDENT COMPANION JOURNAL: Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam Meningkatkan Kesejahteraan Emosional Mahasiswa sebagai Bibit Generasi Emas 2045

Merebaknya populasi usia produktif di Indonesia pada tahun 2045 dapat
dianggap sebagai berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sejalan dengan visi yang
telah dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2025-2045, Indonesia telah menetapkan lima sasaran visi yang mencakup aspek
ekonomi, sumber daya manusia, hubungan luar negeri, dan kesehatan lingkungan.
Oleh karena itu, bonus demografi yang dimiliki Indonesia tetap dapat dianggap
sebagai suatu keuntungan dan bukan sebagai penghambat kemajuan.


Meskipun demikian, untuk mewujudkan cita-cita tersebut Indonesia perlu
mampu mengelola generasi emas dengan efektif. Dalam konteks ini, peran
pendidikan menjadi sangat strategis, mengingat pendidikan memiliki keterkaitan
yang erat dengan perkembangan generasi muda saat ini. Pendidikan bukan hanya
merupakan sarana penyampaian pengetahuan, tetapi juga menjadi fondasi untuk
membentuk karakter dan keterampilan generasi penerus bangsa. Sehingga, upaya
peningkatan kualitas pendidikan perlu menjadi fokus utama untuk memastikan
bahwa potensi generasi emas dapat dioptimalkan dalam mencapai kemajuan
Indonesia di berbagai sektor.


Pentingnya peran pendidikan dalam meningkatkan kualitas generasi muda
tidak dapat diabaikan. Sebagaimana disampaikan oleh Hasudungan (2018),
pendidikan hanyalah satu elemen dari banyak faktor yang berkontribusi pada
pembentukan individu. Oleh karena itu, diperlukan dorongan internal dari setiap
individu untuk meraih potensinya secara maksimal. Sebagai generasi emas yang
bertanggung jawab untuk meraih cita-cita Indonesia Emas 2045, kesadaran diri
merupakan kunci utama. Menurut teori humanistik Abraham Maslow (dalam
Hasudungan, 2018), kesadaran diri mencakup pemahaman mendalam tentang
identitas diri, potensi yang dimiliki, gaya hidup, langkah-langkah yang harus
diambil, nilai-nilai yang diyakini, dan arah perkembangan pribadi. Kesadaran diri
ini tidak hanya terbatas pada dimensi pribadi tetapi juga mencakup kesadaran diri
dalam konteks publik seperti yang dijelaskan oleh Brigham (1991). Individu yang
memiliki kesadaran diri yang baik memiliki kemampuan untuk mengenali diri
mereka sendiri dan memahami eksistensinya dalam pandangan public sehingga
dapat memberikan landasan kuat untuk berinteraksi secara optimal dengan orang
lain.


Pada tahun 2017, kelompok usia sekolah atau pra-produktif yang
melibatkan rentang usia dari PAUD, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi
mendominasi proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia
produktif dan pasca-produktif secara bertahap (Yuningsih, 2019). Berdasarkan
perhitungan, diprediksi bahwa kelompok usia pra-produktif (PAUD, SD, SMP,
SMA) ini akan memasuki tahap produktif pada tahun 2030, dengan mahasiswa
perguruan tinggi menjadi yang pertama, diikuti oleh siswa SMA, SMP, SD, dan
PAUD. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperkirakan pada tahun 2045 Indonesia
akan mencapai puncak produktivitas penduduk Indonesia. Dengan kata lain, mulai
tahun 2045, Indonesia memiliki bonus sumber daya manusia secara demografis
yang sering disebut sebagai Bonus Demografi. Pada tahun 2045, Bonus Demografi
ini bisa menjadi modal atau beban bagi negara tergantung bagaimana
mempersiapkannya mulai dari sekarang.


Arti pendidikan yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UU SPN) No. 20 tahun 2003 memiliki hubungan yang sangat
dekat dengan konsep kesadaran diri. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pengajaran
memiliki makna sebagai persiapan kesejahteraan fisik yang diselenggarakan
melalui pendidikan. Lebih lanjut, Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan pendidikan
sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan batiniah yang diwujudkan melalui tri
sentra pendidikan, yang melibatkan peran sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Pendekatan Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan dan pengajaran secara
bersama-sama bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi peserta didik, baik
dari aspek fisik maupun mental. Pentingnya perwujudan kesejahteraan ini tidak
dapat hanya diandalkan pada peran sekolah semata, melainkan memerlukan
kontribusi aktif dari keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mencapai
pendidikan yang membawa kebahagiaan dan berkelanjutan, dukungan dari sektor
keluarga dan masyarakat menjadi hal yang sangat diperlukan.


Menurut pengakuan para pendidik, saat ini terlihat adanya kecenderungan
apatis di kalangan siswa. Menurunnya kesadaran diri siswa diidentifikasi sebagai
penyebab utama penurunan prestasi belajar (Setiawan, 2020). Oleh karena itu,
penting bagi institut pendidikan untuk mengimplementasikan inovasi dalam pengembangan
metode pembelajaran yang menarik agar dapat merangsang partisipasi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran.


Pendidikan dan lingkungan belajar yang bersifat positif perlu diterapkan secara
lebih terstruktur, membawa perspektif baru terkait psikologi pendidikan yang
mengedepankan keberlanjutan kebahagiaan dalam konteks pendidikan. Hal ini
mengarah pada penekanan pendidikan yang lebih fokus pada kesejahteraan siswa,
pencegahan rasa gelisah, peningkatan kegembiraan, pembangunan optimisme,
penguatan harga diri, penguatan harapan, serta pengembangan keterampilan
kebahagiaan lainnya untuk meningkatkan ketahanan diri. Dengan demikian,
pendidikan yang bersifat positif bukan hanya membawa perubahan dalam nilai dan
perilaku, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Dalam menghadapi Indonesia Emas 2045, sektor pendidikan dihadapkan
pada kebutuhan untuk melakukan inovasi signifikan guna mencetak generasi yang
cerdas, kritis, kreatif, dan kompetitif dimana kompetensi tersebut sejalan dengan
aspirasi pemerintah pada tahun 2045. Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia
(SDM) muda sebaiknya dimulai dengan meningkatkan kesadaran diri mereka
melalui sektor pendidikan untuk memberikan layanan dan fasilitas yang berfokus
pada pengembangan aspek kemanusiaan. Hal ini bertujuan untuk memunculkan
motivasi intrinsik dalam diri generasi muda agar mereka termotivasi untuk belajar,
terbantu oleh lingkungan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Pendekatan psikologi positif menunjukkan bahwa pendidikan yang memperhatikan
kebahagiaan siswa jika diterapkan secara berkelanjutan dapat membawa individu
pada pemahaman lebih mendalam terhadap makna kehidupan dan tingkat
kesejahteraan hidup yang perlu ditingkatkan oleh setiap insan pada masa kini.

Menurut Seligman (dalam Setiawan, 2020), kebahagiaan tidak hanya
sebatas pada tingkat kesenangan melainkan mencapai dimensi yang lebih tinggi
yakni kebahagiaan autentik dan makna hidup. Dikemukakan bahwa kebahagiaan,
yang merupakan esensi dari psikologi positif, memiliki perbedaan dengan konsep
kesejahteraan. Kebahagiaan autentik lebih berfokus pada kebahagiaan dan diukur
berdasarkan tingkat kepuasan hidup dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan
hidup itu sendiri. Sebaliknya, teori kesejahteraan lebih menitikberatkan pada emosi
positif, hubungan yang baik, makna hidup, dan pencapaian kesuksesan. Oleh karena
itu, tujuannya adalah untuk meningkatkan perkembangan dengan memperkuat
emosi positif, hubungan yang positif, makna hidup, dan pencapaian kesuksesan.
Teori kebahagiaan dilihat sebagai pilihan seseorang untuk mencapai kebahagiaan
berdasarkan kesenangan yang dipilih secara bebas oleh individu. Kebahagiaan
menjadi gambaran dari kondisi perasaan yang menyenangkan. Sebaliknya, teori
kesejahteraan lebih dari sekadar teori kebahagiaan karena melibatkan suasana
perasaan, pemikiran, dan makna dalam hidup yang tidak hanya berkaitan dengan
kebahagiaan sesuai perspektif pikiran individu, tetapi melibatkan kombinasi dari
berbagai aspek internal dan eksternal diri.

Dilansir dari CNN Indonesia, World Happiness Report (WHR)
menempatkan Indonesia pada peringkat ke-84 dari 109 dalam daftar negara paling
bahagia dan menjadi 30 negara terbawah. Indonesia yang menempati urutan ke-84
indeks kebahagiaan dunia, merupakan simbol bahwa sesungguhnya pemaknaan dan
pencapain kebahagiaan masyarakat Indonesia harus diperhatikan. Kondisi saat ini
tidak cukup jika hanya memberikan pengetahuan akan yang baik dan benar karena
itu hanya ranah kognitif saja, namun juga perlu memperhatikan dua aspek lainnya
yaitu ranah afektif dan psikomotorik.

Kebahagiaan di era revolusi industri ini menjadi permasalahan yang krusial
nyatanya, tidak ada kajian filsafat etika, psikologi, maupun ilmu agama yang dapat
mengatasi permasalahan kebahagiaan di manusia modern. Teknologi yang
dikembangkan saat ini tetelah terbukti untuk mempercepat capaian setiap tujuan
namun, kebahagiaan tiap individunya jadi terabaikan. Eksistensi kebutuhan
manusia untuk bahagia merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan.
Dengan merujuk pada uraian sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa
rendahnya tingkat kesadaran diri dalam masyarakat usia pra produktif (SD, SMP,
SMA, dan Perguruan Tinggi) dapat diatasi melalui inovasi pendidikan yang
berfokus pada peningkatan kebahagiaan autentik siswa. Hal ini diperlukan
mengingat di era ini siswa cenderung menunjukkan sikap apatis sebagai dampak
dari tekanan yang diterima di lingkungan belajar dan kurangnya lembaga pendidikan terhadap aspek emosional pembelajar.

Penurunan kualitas pelajar bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor eksternal seperti kondisi ekonomi dan lingkungan, dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut saling terkait dan memiliki hubungan timbal balik dengan faktor internal dari dalam diri pelajar, terutama kondisi emosional mereka. Para pelajar tidak bisa dilepaskan dari berbagai masalah dalam kehidupan mereka, yang tentu saja akan memengaruhi proses belajar mereka. Oleh karenanya, pendidikan perlu memperhatikan kesejahteran emosional siswa. Karena, usia pra-produktif saat ini memiliki beban untuk menjadi aktor utama dalam Indonesia Emas 2045.

Dalam tulisan ini, penulis berfokus pada mahasiswa. Terdapat survey terkait kesehatan mental mahasiswa yang dilakukan oleh JED Foundation memberikan hasil bahwa terdapat sebanyak 82% mahasiswa mengalami kecemasan, diikuti oleh 63% yang menderita depresi, dan dampak paling serius adalah kasus bunuh diri yang mencapai 19%. Lebih lanjut, hasil penelitian domestik yang dilakukan oleh Rosada Iswani dan rekan-rekannya pada tahun 2020 di Universitas Sriwijaya mengungkapkan bahwa seluruh mahasiswa menghadapi masalah psikologis selama masa perkuliahan, tetapi cenderung mengabaikannya karena minimnya kesadaran dan adanya banyak tuntutan lain yang perlu diselesaikan.

Mencegah dan mengantisipasi masalah kesehatan mental dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor yang menyebabkan stres dan depresi. Sebagai contoh, seseorang membutuhkan wadah untuk berkomunikasi, berbicara tentang keluh kesahnya, dan mencari solusi untuk mengatasi masalahnya. Dengan alasan tersebut, penulis menginisiasikan inovasi pendidikan berbasis teknologi digital dengan pemanfaatan Artificial Intelligence guna meningkatkan kesejahteraan emosional mahasiswa yang akan berpengaruh pada hasil belajarnya.

Secara umum, AI dapat melakukan beberapa hal dari empat faktor utama, yaitu bertindak seperti manusia (Acting humanly), memiliki kemampuan berpikir mirip manusia (Thinking humanly), berpikir secara rasional (Think rationally), dan bertindak dengan rasional (Act rationally). Berdasarkan pencegahan kesejahteraan emosional sebelumnya. sistem AI sesuai untuk diterapkan karena mampu merespon selayaknya manusia.

Student Companion Journal merupakan inovasi teknologi digital berupa aplikasi smartphone berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk menjadi sahabat setia bagi mahasiswa. Student Companion Journal berfungsi sebagai platform komunikasi, tempat untuk menemukan solusi, ruang untuk mengeksplorasi berbagai kegiatan positif, dan saluran untuk menggali serta mengarahkan potensi, mengikuti pendekatan pencegahan masalah kesehatan mental.

Sebagai teman yang mendukung (buddy) sekaligus buku harian pribadi (diary), Student Companion Journal dirancang untuk beroperasi secara lancar. Aplikasi ini memiliki konsep berikut:

  1. Ruang Aman untuk Curhat: Companion Journal berfungsi sebagai tempat aman bagi pengguna untuk berkomunikasi secara anonim dengan sesama pengguna atau bahkan dengan psikolog. Ini memberikan peluang bagi mereka yang membutuhkan “teman curhat” tanpa khawatir mengenai identitas mereka. Kolaborasi dengan psikolog juga memastikan dukungan komunikasi yang berkualitas dan bimbingan langsung dari ahli psikologi.
  2. Sumber Solusi dan Pencerahan: Selain menjadi sarana komunikasi, Companion Journal juga menjadi wadah untuk memecahkan masalah dan mendapatkan solusi. Pengguna dapat menuliskan catatan harian, mencatat pengalaman baik dan buruk, dan berdasarkan algoritma, Companion Journal memberikan kutipan inspiratif, informasi, serta hiburan yang sesuai dengan konteks pengguna.
  3. Portal Informasi Mahasiswa: Companion Journal tidak hanya berfokus pada aspek kesehatan mental, tetapi juga terintegrasi dengan berbagai platform kegiatan mahasiswa seperti seminar, webinar, dan lomba. Dengan algoritma yang cerdas, Companion Journal memberikan update informasi kegiatan yang bermanfaat bagi pengguna, berdasarkan preferensi dan kebiasaan mereka.
  4. Penggalian Potensi: Companion Journal tidak hanya menyediakan tes kepribadian, bakat, dan IQ, tetapi juga memberikan rekomendasi aktivitas, tempat, dan komunitas yang sesuai dengan potensi atau minat pengguna. Melalui fitur komunitas, pengguna dapat terhubung dengan sesama yang memiliki minat serupa untuk berkomunikasi dan bertukar informasi.

Dengan ide atau konsep tersebut, Companion Journal dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan potensi mereka dan bersiap-siap menjadi generasi emas Indonesia. Aplikasi Companion Journal dapat diterapkan di kalangan mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Pembuatan Companion Journal App dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian dan Pengembangan, dengan proses tahapan sebagai berikut:

  1. Identifikasi Tantangan dan Peluang: Mengidentifikasi permasalahan kesehatan mental di kalangan pelajar, terutama mahasiswa, sebagai isu yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dan kemajuan bangsa Indonesia. Hal ini menjadi krusial, terutama dalam persiapan menuju generasi emas Indonesia 2045.
  2. Eksplorasi dan Pengumpulan Informasi: Eksplorasi data dilakukan melalui survei, penelitian terdahulu, dan penelitian penulis menggunakan metode angket, kuesioner, serta wawancara. Pendekatan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kuat dan relevan.
  3. Perancangan Produk: Penulis merancang aplikasi berdasarkan kolaborasi dengan ahli media dan pakar psikologi. Desain produk dibuat dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang diperlukan untuk memberikan solusi efektif terhadap masalah kesehatan mental pelajar.
  4. Validasi dan Perbaikan Desain: Desain atau prototipe aplikasi akan diuji kelayakannya melalui validasi oleh ahli media dan pakar psikologi. Hasil validasi digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian guna memastikan bahwa Companion Journal dapat memberikan manfaat yang optimal.

Alternatif Konsep:

Implementasi aplikasi Companion Journal ini dimulai dengan memperkenalkan dan mensosialisasikan dampak kesehatan mental terhadap pendidikan, yang secara langsung mempengaruhi kemajuan bangsa Indonesia. Sosialisasi juga mencakup edukasi mengenai metode pencegahan dan antisipasi yang efektif terhadap masalah kesehatan mental pada mahasiswa. Selanjutnya, diperkenalkan aplikasi Companion Journal sebagai sahabat yang mendukung bagi mahasiswa. Mahasiswa akan mulai menggunakan aplikasi Companion Journal, dan seiring dengan itu, terus dilakukan evaluasi dan pengembangan untuk menjadikan Companion Journal sebagai alat yang efektif bagi para penggunanya.

Aplikasi Companion Journal juga dapat diperkenalkan oleh aktivis kesehatan mental dan pendidikan di Indonesia untuk membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama mahasiswa. Melalui implementasi ini, Student Companion Journal memiliki cara kerja sebagai berikut:

  1. Pengunduhan dan Pendaftaran:
  • Pengguna dapat mengunduh aplikasi Companion Journal melalui Play Store atau App Store.
  • Pendaftaran dan masuk ke aplikasi Student Companion Journal, kemudian menggunakan aplikasi Companion Journal setelah berhasil terdaftar.
  1. Menu Utama Aplikasi Companion Journal:
  • Buku Diary: Pengguna dapat membuat catatan harian.
  • Hubungi Psikolog: Menyediakan layanan konsultasi dengan psikolog (dengan opsi pembayaran).
  • Curhat Anonim: Ruang curhat tanpa identitas terungkap.
  • Cari Informasi: Pencarian informasi terkait kesehatan mental.
  • Kumpulan Kutipan dan Motivasi: Menyediakan kutipan dan motivasi positif.
  • Hiburan: Fitur hiburan untuk menghilangkan stres.
  • Gali Potensi: Tes kepribadian, tes bakat minat, dan tes IQ.
  • Komunitas: Menyediakan ruang untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dengan sesama pengguna.
  1. Karakteristik Unik:
  • Student Companion Journal memiliki karakter bernama “Philia” sebagai sahabat atau teman baik yang dapat diubah tampilan karakter dan namanya sesuai keinginan pengguna.
  • Pengguna dapat berkomunikasi dengan “Philia” mirip dengan AI seperti Siri atau OK Google.

Aplikasi Companion Journal menghadirkan keunggulan dan kelemahan yang akan dievaluasi melalui analisis SWOT sebagai berikut:

  1. Strengths (Kekuatan):
  • Sebagai aplikasi pionir di Indonesia dengan konsep inovatif.
  • Memberikan manfaat yang signifikan bagi pengguna, berpotensi meningkatkan kualitas individu, pendidikan, dan kemajuan bangsa.
  1. Weaknesses (Kelemahan):
  • Rendahnya minat dan motivasi mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran diri dan kemauan dalam menggunakan aplikasi.
  1. Opportunities (Peluang):
  • Fitur-fitur aplikasi yang memberikan manfaat signifikan, membuatnya berpotensi disukai oleh banyak pengguna.
  1. Threats (Ancaman):
  • Persaingan dari aplikasi-aplikasi pesaing yang terus berkembang dan bermunculan.

Dengan demikian, analisis SWOT ini memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi aplikasi Student Companion Journal, menyoroti potensi keberhasilan dan tantangan yang mungkin dihadapi.

Student Companion Journal merupakan konsep atau inovasi di ranah teknologi digital berupa aplikasi smartphone berbasis kecerdasan buatan, yang bertujuan menjadi sahabat dan jurnal harian bagi mahasiswa untuk membantu mereka mengoptimalkan diri. Seiring dengan mahasiswa sebagai bibit utama generasi emas Indonesia 2045, penting untuk mempersiapkannya secara optimal sebagai sumber daya manusia yang unggul. Namun, kualitas SDM ini terkadang tergerus oleh berbagai faktor, salah satunya karena munculnya permasalahan yang mempengaruhi pada kesejahteraan emosionalnya dan memiliki dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan pribadi, pendidikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, Student Companion Journal hadir sebagai solusi untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, dengan tujuan menyiapkan generasi emas Indonesia 2045.

Penulis memberikan rekomendasi agar Student Companion Journal dapat diimplementasikan dan dimanfaatkan secara optimal oleh mahasiswa, didukung oleh para pelaku pendidikan. Tujuannya adalah agar semua komponen dapat bersinergi mendukung persiapan generasi emas Indonesia 2045 dengan lebih baik.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

67 + = 76